Banyak cara bisa dilakukan untuk ngabuburit selama bulan Ramadan. Mulai dari yang paling ‘serius’, seperti tilawah Al-Qur’an atau mengikuti kajian ilmu Islam; sampai yang ‘standar’, seperti menyibukkan diri di dapur menyiapkan hidangan iftar atau berbuka puasa, atau membelinya di pasar juadah untuk kepraktisan; juga yang sederhana dan berkesan ‘tidak berfaedah’ namun menyenangkan dilakukan, seperti scrolling media sosial atau jalan-jalan sekadar berkeliling hingga tanpa sadar waktu seakan berjalan sangat cepat dan tahu-tahu sudah hampir azan magrib yang secara kebiasaan menjadi patokan kita untuk mengetahui waktu berbuka.
Semakin dewasa usia, kita mengetahui dan menyadari bagaimana pentingnya memanfaatkan waktu ngabuburit jelang berbuka puasa untuk melakukan kegiatan yang berfaedah dan menambah pahala beribadah puasa. Namun sesekali pasti ada perasaan dan keinginan memanfaatkan waktu tersebut untuk bersantai sebentar saja dengan melakukan hal-hal ‘remeh’ dan tampak tidak berfaedah di permukaan.
Tiga ilustrasi di bawah ini (klik tautan atau link untuk melihat karya dimaksud) menggambarkan hal-hal sederhana dan/atau ‘remeh’ dalam menghabiskan waktu ngabuburit. Meski demikian, tiga ilustrasi tersebut mampu membuat kita merasa relate karena terkadang memang kegiatan ngabuburit sederhana dan ‘remeh’-lah yang kita butuhkan sekali-sekali saja di sela lelah dan mengantuk selama berpuasa.
Menggambarkan suasana sebuah kedai juadah penjual makanan takjil berbuka puasa, ilustrasi karya Momo Hikaruu (atau Lulu, atau di Pinterest dengan nama akun Looloo) terlihat penuh warna dan cerah ceria. Deretan rapi kue dan camilan takjil beraneka warna tampak menggiurkan. Tiga orang penjualnya terlihat ramah dan ceria dalam melayani pembeli.
Ilustrasi yang manis tersebut juga mampu menimbulkan nostalgia tersendiri, baik terhadap masa ngabuburit Ramadan yang telah jauh berlalu maupun masa ngabuburit Ramadan yang masih dekat, termasuk yang bulan ini tengah kita jalani. Betapa membeli dan/atau menyiapkan sajian berbuka puasa terlihat seperti kegiatan ngabuburit Ramadan yang ‘standar-standar’ saja atau bahkan biasa dan remeh, namun ternyata memberikan kebahagiaan yang tidak selalu mampu dideskripsikan dengan kata-kata belaka.
Seperti karya sebelumnya, ilustrasi karya Wikmal Art ini juga menggambarkan kegiatan ngabuburit Ramadan yang sederhana. Dua anak laki-laki (remaja? Pemuda?) yang ngabuburit sambil berjalan-jalan menggunakan sebuah sepeda motor, salah seorang di antara mereka menggenggam sebotol minuman (kopi instan?), mungkin untuk langsung diminum begitu masuk waktu berbuka puasa.
Ilustrasi yang terlihat biasa, tapi lagi-lagi membuat nostalgia khas Ramadan. Kelak, bahkan ketika masih dalam suasana Lebaran, kegiatan ngabuburit yang biasa ini akan langsung dirindukan kembali. Betul, kan?
Karya STUPER yang di takarir atau caption-nya berjudul “nunggu buka” mungkin bukan jenis kegiatan ngabuburit yang disarankan. Meski demikian, penggambarannya yang berupa seorang pemuda yang sedang duduk santai sambil (mungkin) bermain gim di ponsel pintarnya terlihat begitu realistis. Tak heran bila kita merasakan langsung relate, karena nyatanya seperti itulah (sesekali) bentuk ngabuburit Ramadan yang cukup sulit kita hindari di era serba digital ini.
Ilustrasi-ilustrasi di atas seolah menjadi pengingat bahwa mungkin suatu saat nanti kita tidak akan ingat secara pasti tentang kegiatan-kegiatan ngabuburit Ramadan yang kita lakukan. Namun setidaknya ada sebagian yang akan membuat kita merasa nostalgia dan membuat kita ingat seperti apa perasaan kita di momen ngabuburit tersebut.
Ada yang merasa relate juga dengan ketiga ilustrasi bertema ngabuburit Ramadan di atas? Atau dengan salah satunya?