Akhirnya, hari yang saya tunggu-tunggu pun tiba. Pagi ini saya bangun lebih pagi dan segera bersiap. Saya bahkan membereskan rumah dengan penuh suka cita sambil mendendangkan beberapa lagu kesukaan. Saya masih belum percaya hari seperti ini akhirnya tiba juga.
Saat menyapu ruang keluarga, saya nggak sengaja melihat ibu duduk di sisi ranjang. Termenung memandang nenek yang tertidur pulas. Saya tahu ini adalah keputusan yang sulit bagi ibu. Saya pun berusaha menyembunyikan kebahagiaan saya agar nggak menyakiti hati ibu. Saya masuk ke kamar nenek dan merangkul ibu. Berusaha menguatkannya seolah ini adalah hal yang wajar terjadi dan bukanlah sebuah dosa besar.
Selesainya saya mebereskan rumah dan memasak, ibu sedang membantu nenek memakai baju. Ibu telah menyiapkan semua keperluan nenek untuk tinggal di panti werdha.
“Sya, tolong ambilkan popok nenek di lemari belakang,” kata ibu kepada saya saat masuk ke kamar nenek.
“Ini mau dibawain semuanya sekalian?”
“Iya. Ambil semua aja,” saya pun mengambil semua persediaan popok dewasa milik nenek dan memasukkannya ke dalam koper. Saya memperhatikan semua barang bawaan nenek yang sangat banyak. Udah kayak pindahan beneran, kata saya dalam hati.
“Bu, ini semua baju nenek sudah dimasukkan koper?” tanya saya sambil melihat isi lemari yang telah bersih. Saya pun segera menyesalinya setelah bertanya seperti itu. Seharusnya saya lebih bisa menyembunyikan kebahagiaan saya. Ibu pasti nggak mau nenek merasa kekurangan sedikit pun di sana.