Ketika kemarin saya mengikuti sesi sharing dalam gathering online bersama Eco Blogger Squad dan @pantaugambut, ada orang yang bertanya tentang ‘Apa sih Ekosistem Gambut itu?’, ‘Sejujurnya aku ngga ngerti apa fungsinya gambut itu?’
Ya, beberapa akun mengatakan demikian. Wajar sih, karena saya pun tidak akan tahu dengan detail fungsi ekosistem gambut kalau tidak mengikuti gathering bareng teman-teman Eco Blogger Squad dan narasumber lainnya. Jadi memang masih banyak lho orang-orang yang belum teredukasi dengan baik tentang ekosistem gambut ini.
Saya merasa, inilah saatnya blogger turun aksi untuk ikut membantu mengedukasi masyarakat, khususnya inner circle kita sendiri deh agar mereka paham dan tahu pentingnya pengelolaan ekosistem gambut untuk kelangsungan makhluk hidup di dunia ini.
Hadir bersama kami, Ibu Dr. Herliana Agustin (Peneliti Pusat Studi Komunikasi Lingkungan, Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran) dan juga Ola Abbas (Koordinator Nasional Pantau Gambut) dan memberikan pengetahuan pada saya tentang ekosistem gambut. Mulai dari fungsi lindung ekosistem gambut sampai bagaimana kita menjaga kelestarian biodiversitas Indonesia melalui pemulihan ekosistem gambut.
Berbicara tentang menjaga kawasan gambut, kita tak bisa lepas juga dari pembicaraan tentang menjaga kelestarian biodiversitas Indonesia. Ada begitu banyak jenis spesies flora maupun fauna yang dimiliki oleh Indonesia. Hal ini bisa dilihat dari bagaimana Indonesia termasuk ke dalam pemasok terbesar satwa liar di Asia. Monyet untuk vaksin contohnya. Pemasok terbesarnya dimana? Negara kita, Indonesia.
Indonesia juga termasuk ke dalam 10 besar negara mega diversities dan 1,3% luasnya di dunia. 12% jenis mamalia dari dunia ini, ada di Indonesia. Menyusul sebanyak 7,3% spesies dari seluruh amfibi dan reptil di dunia ini juga ada di Indonesia. Lalu 17% spesies burung yang ada di dunia juga menghuni hutan-hutan di Indonesia.
Namun ancaman keanekaragaman hayati di Indonesia itu juga menunjukkan bahwa Indonesia juga negara kedua tercepat dalam laju kepunahan dunia setelah Meksiko.
Belum ditambah lagi dengan tingkat penyelundupan satwa liar termasuk yang tertinggi ke-4 dunia setelah human trafficking, weapon trafficking, drugs trafficking.
Adanya ancaman itu sehingga muncullah prediksi bahwa
50 persen spesies akan punah pada 2100, bahkan sebelumnya