Ramadan menjadi bulan yang penuh berkah karena suasana dan pengkondisiannya yang sangat bagus untuk peningkatan amal. Yaps, berbagai jenis amal bisa lebih semarak dari hari-hari biasanya, tak terkecuali sedekah atau memberi.
Nah uniknya, beri-memberi ini ternyata tidak terlepas juga dari hal-hal blunder yang terjadi di Lapangan. Memberi, tapi tidak sampai pada tujuannya memberi.
Pernahkah kalian, mengamati manusia-manusia gerobak yang menjamur di pinggir jalan? Apa mereka benar-benar butuh dibantu? atau justru memanfaatkan suasana Ramadan agar mendapat sedekah cuma-cuma meski motor mereka N-Max, gadget android, rumah terbilang bagus?
Sementara di lain sisi, ada mbah-mbah maupun siapapun yang bekerja keras panas terik hingga hujan deras menjajakan dagangannya, tanpa sedikit pun berharap dan menengadahkan tangan.
Ada sebagian pendapat yang mengatakan memberi ya memberi, urusan dia berbohong itu perkara dia dengan Allah dan kita tetap dapat pahala memberi. Sedangkan pendapat lain, mengatakan sedekah harus tepat sasaran dan bisa membantu mengentaskan kemiskinan. Bagiamana yaaa? Saya coba bahas dalam artikel ini ya.
Baca juga : Makna Iqra’ : Ayat Pertama yang Turun ternyata Tidak Sesederhana Membaca
Sedekah bisa dipahami sebagai memberi sesuatu yang dibutuhkan oleh penerima yang dalam kesulitan.
Sedekah berbeda dengan zakat yang sudah ada perhitungannya seperti zakat fitrah dan zakat maal. Sedekah lebih kepada pemberian sukarela di luar itu.
Di dunia kita yang kompleks ini, ada kelompok masyarakat yang diberi ekonomi berlebih, menengah dan ada yang ke bawah.
Jika digambarkan, akan seperti piramida yang makin lancip dan menyempit ke atas. Akan selalu ada top-society yang menguasai sebagian besar ekonomi. Butuh apapun hampir semua tersedia.
Juga ada mereka yang hidup serba keterbatasan ekonomi, yang untuk kebutuhan dasar seperti makan pun masih butuh banting tulang ekstra tuk mendapatkannya.
Tujuan dari aktivitas memberi ini adalah pemerataan kesenjangan ekonomi yang tercipta, memberi akses kesempatan dan bantuan kebutuhan dasar bagi mereka yang sulit mendapatkannya meski sudah bekerja.
Namun sedihnya, kita sekarang terutama Ramadan agak sulit menemukan sasaran yang benar-benar tepat untuk diberi sedekah.
Bagaimana tidak, orang-orang yang pantas menerimanya dan orang-orang seperti di bawah ini:
bertebaran di manapun, yang sifat meminta-mintanya sudah seperti : sebuah pekerjaan, kemalasan untuk bekerja keras, mental yang sudah terbiasa mendapat enaknya saja, bahkan karena tuntutan eksternal yang tidak bisa dilepaskan (spt anak kecil itu)
Kita yang memberi sedekah tentu sedih bukan, ketika justru semakin merusak mental mereka menjadi semakin ketergantungan tanpa ada pertukaran yang sepadan, menjadi memakmurkan beban ekonomi negara, dan justru mereka yang lebih berhak, lebih sedikit mendapat haknya karena sudah direbut mereka-mereka yg mampu tapi berkedok pengemis untuk mengeduk kekayaan.
Iya kekayaan, sedekah yang kita beri, bisa membuat seorang nenek di suatu kota (liputan di tiktok) menyetor uang ke bank minimal 3 juta sehari
Ya iya sih nenek tsb mungkin, sebatang kara, atau sudah tidak bisa bekerja apapun, tapi ya memanfaatkan belas kasihan untuk seorang pekerja biasa yg bahkan gajinya tidak sampai si nenek dalam sehari kan ya nyesek :”)
Belum lagi anak kecil-anak kecil yang dikoordinir seseorang untuk meminta. Apa kita tidak semakin mendidik mereka bermental peminta sejak dini dan membuat mereka terus mengemis, alih-alih sekolah?
Baca lebih lanjut artikel di blog saya yaa