Ketika topik mengenai upaya mengurangi emisi karbon menjadi perbincangan, diskusi kita cenderung terarah pada inisiatif seperti penghijauan lahan non-gambut, meminimalisir penggunaan plastik, gaya hidup ramah lingkungan, atau transisi ke transportasi publik.
Namun, pelestarian lahan gambut justru seringkali terlupakan, padahal lahan gambut memiliki potensi luar biasa dalam menyerap emisi karbon.
Lahan gambut adalah sebuah mosaik alam yang menakjubkan, yang terbentuk dari tumbuhan organik yang terdekomposisi dalam kondisi anaerob (proses yang berlangsung tanpa kehadiran oksigen) di bawah genangan air yang terakumulasi selama ribuan tahun.
Karena proses pembentukannya yang unik dan berlarut-larut dalam rentang waktu ribuan tahun, lahan gambut menjadi tempat penyimpanan karbon alami yang sangat efisien.
Bayangkan saja, lapisan-lapisan tumbuhan yang terdekomposisi dalam jangka waktu lama perlahan membentuk lapisan yang menyerap karbon. Jika lapisan tersebut rusak, misalnya karena kebakaran, maka karbon yang terserap tersebut akan terlepas ke atmosfer dan mendorong perubahan iklim.