Ahmad Tohari memang tidak pernah gagal dalam menulis sebuah cerita yang enak dibaca. Setelah membaca novel Ronggeng Dukuh Paruk yang telah diterbitkan dalam beberapa bahasa dan bahkan dialihwahanakan menjadi bentuk film berjudul Sang Penari, saya terpincut dengan novel lainnya yang bersampul biru ini. Novel dengan hanya berjumlah 165 halaman mengisahkan masa-masa antara tahun 1946 hingga 1950 tentang kondisi-kondisi cukup pelik di Indonesia.
Pergolakan perang mempertahankan kemerdekaan RI antara tahun 1946-1950 menyeret banyak pemuda kampung ke dalam kancah perjuangan bersenjata. Di antara mereka adalah Amid dan kawan-kawan yang berjuang di bawah panji Hizbullah. Amid dan kawan-kawan bertempur dan membela kemerdekaan RI sebagai kewajiban iman mereka. Amid pribadi bertekad setelah situasi damai, akan bergabung menjadi anggota tentara resmi negara.
Tetapi, sejarah membawa Amid masuk menjadi anggota laskar DI/TII yang menentang pemerintah RI. Amid yang sesungguhnya seorang yang sangat cinta tanah air sering bimbang karena pasukannya sering memerangi warga seagama, bahkan suatu kali Amid menembak mati seorang tentara yang di sakunya tersimpan kitab suci dan tasbih. Dia tidak sedih ketika Khalifah DI/TII Sekarmadji Maridjan Kartosuwirjo tertangkap dan menyerukan seluruh laskarnya menyerahkan diri.
Tiga tahun kemudian, Amid dan kawan-kawan malahan diminta oleh tentara untuk membantu menumpas pasukan komunis yang bertahan di hutan jati. Mereka kembali mengangkat senjata, kali ini atas nama tentara RI, sesuatu yang pernah amat didambakan Amid; bertempur dengan semangat jihad untuk Republik.
Salah satu hal yang membuat saya tertarik membaca buku ini, selain karena penulisnya Ahmad Tohari, adalah karena sinopsisnya yang menarik. Saya penasaran kisah apa yang akan ditulis oleh pengarang dengan tebal buku yang terbilang tipis, terutama tentang hal yang awam saya ketahui, yakni antara tentara Republik dan tentara Hizbullah atau DI/TII. Beberapa percakapan yang saya kutip berikut ini mungkin bisa menggambarkan gagasan menarik Ahmad Tohari sebagai salah satu highlight dari novel Lingkar Tanah Lingkar Air.
*baca selengkapnya di blog