Sejujurnya, jika melihat banyaknya perceraian di zaman sekarang, juga melihat fakta dari banyaknya wanita yang berstatus istri menjadi depresi dalam pernikahannya.
Saya pikir, usia ideal menikah tidak selamanya bisa dijadikan patokan yang berarti.
Ada juga, beberapa pasangan yang menikah di usia belia, tapi berhasil mempertahankan pernikahan hingga sama-sama menua dan terlihat sweet di mata orang-orang muda.
Di sisi lain, ada juga beberapa pasangan yang menikah dengan usia yang bahkan bisa dibilang tak mudah lagi, khususnya di Indonesia. Nyatanya hubungannya tak bertahan lama.
Karenanya, menurut saya pribadi, usia ideal menikah itu bukanlah patokan yang mengikat.
Meskipun hal tersebut tak bisa juga untuk tidak dihiraukan, namun bukanlah sebagai modal utama dalam menciptakan pernikahan yang bahagia dan langgeng, khususnya bagi wanita.
Menikah di usia belia, asalkan aman menurut kesehatan reproduksi, bukanlah sebuah kesalahan. Jika memang sebelumnya telah belajar untuk bisa berdamai dengan kehidupan.
Sebaliknya, menikah di usia dewasa dan matang, tidak bisa menjamin kelanggengan dan kebahagiaan. Jika memang belum pernah bisa belajar menerima kehidupan dengan damai.
Kabar buruknya, ternyata usia dan waktu tidak selalu menjadikan semua wanita menjadi pribadi yang bijak dan tenang. Sementara, dalam kehidupan pernikahan, hal itu amat sangat penting.
Sehebat dan sesabar apapun jodoh lelaki yang didapatkan seorang wanita, jangan lupa kalau lelaki tersebut adalah manusia biasa.
Yang tentunya punya batas kesabaran dalam menghadapi karakter wanita yang belum bisa menua dengan bijak dan tenang.
Dalam pengalaman saya, umur ideal menikah bagi wanita adalah antara 20-25 tahun. Hal ini sangat mempengaruhi kebahagiaan dari tubuh yang masih sehat dan kuat.
Wanita yang menikah di usia 20an, normalnya, akan menjadi ibu dalam kondisi tubuh yang masih sehat dan fit. Sehingga kondisi tersebut bisa membantu mempersempit penyebab depresi setelah menjadi ibu.
Selengkapnya di blog womandaily