Saat survey pertama kali, saya benar-benar memastikan, berapa biaya yang akan kami keluarkan. Dan setelah dijelaskan panjang lebar, saya pikir okelah, biayanya masih bisa kami tanggung.
Apalagi si Kakak juga bersekolah di yayasan tersebut, jadi saya pikir semua akan baik-baik saja.
Namun, semua perasaan baik-baik saja mulai terusik ketika akhirnya si Adik masuk TK B tersebut, dan karena mendekati bulan Agustus, ternyata ada banyak lomba yang harus diikuti, salah satunya menghias kelasnya.
Dan begitulah, pada akhirnya semua biaya hias kelas tersebut harus ditanggung oleh ortu murid, dan dari situ juga berkembang dengan diadakan iuran komite sekolah TK.
Saat di TK A di Sidoarjo, kami juga harus membayar iuran komite sekolah, seharga 20ribu. It’s oke sih ya, toh dana itu bisa jadi tabungan kebutuhan sekolah anak-anak jika dibutuhkan.
Dan entah karena memang di sekolah sebelumnya si Adik masih TK A, atau memang ortunya nggak kebanyakan acara yang dipaksakan, Alhamdulillah iuran yang kami keluarkan ya cuman komite 20ribuan sebulan itu.
Di TK si Adik sekarang, awalnya ada komite 20ribu.
Saya lega dan menganggap wajar, karena memang di sekolah TK A sebelumnya, iuran komite sekolah si Adik ya 20ribuan juga.
Namun, tidak berselang lama, saya terkejut ketika akhirnya ada kenaikan iuran komite jadi 40ribu rupiah per bulan.
Uwowww.
Selengkapnya baca di blog parentingbyrey.com tentang biaya sekolah TK mahal dan iuran sosialita