Dulu gue menganggap bahagia itu candu dan candu itu terkonotasi dengan makna yang tidak baik. Maka, supaya ga nyandu, ya… jangan sering-sering bahagia, begitu premis sederhana gue.
Dulu kalau gue banyak have fun ketawa-ketawa, apalagi sampai ngakak yang bikin sakit perut dan sakit pipi, gue langsung khawatir kalau-kalau bentar lagi bakalan ada hal buruk terjadi pada gue. Jadinya auto muncul rasa bersalah yang menyesakkan dada. Gue pun jadi mengontrol diri supaya ga banyak ketawa dan lebih alert.
Hampir seluruh usia, gue menjalani hidup seperti itu. Entah kenapa gue menjaga jarak dengan bahagia. Oleh karenanya sangat sulit bagi gue untuk cepat memberikan respon saat ditanya kapan momen paling bahagia dalam hidup.
And the thing is… gue tidak menyadari hal itu.