Sushi adalah salah satu kuliner Jepang yang telah mendunia, tetapi tahukah Anda bahwa sejarahnya memiliki akar yang jauh lebih dalam daripada yang mungkin kita bayangkan? Sushi yang kita kenal hari ini, dengan nasi, ikan mentah, dan tambahan lainnya, telah mengalami perjalanan panjang, berevolusi dari teknik pengawetan makanan menjadi sajian lezat yang digemari di seluruh dunia.
Mari kita telusuri sejarah perkembangan sushi dari awal hingga menjadi tren kuliner global.
Sejarah sushi berawal lebih dari seribu tahun yang lalu di Asia Tenggara, di mana metode fermentasi ikan dengan nasi disebut *narezushi* pertama kali digunakan. Teknik ini bertujuan untuk mengawetkan ikan melalui proses fermentasi, di mana ikan dibungkus dengan nasi yang telah difermentasi, lalu disimpan selama beberapa bulan. Setelah fermentasi selesai, nasi tersebut biasanya dibuang dan hanya ikan yang dimakan. Praktik ini menyebar ke Jepang sekitar abad ke-8 dan menjadi dasar dari perkembangan sushi yang kita kenal sekarang.
Pada abad ke-15, sushi mengalami perubahan besar. Di Jepang, teknik pengawetan menggunakan cuka mulai diperkenalkan untuk mempercepat proses fermentasi pada nasi dan ikan.
Nasi mulai dikonsumsi bersama ikan, menciptakan *namanarezushi* yang bisa dimakan dalam waktu lebih cepat tanpa perlu berbulan-bulan menunggu. Metode ini tidak hanya membuat sushi lebih praktis, tetapi juga lebih lezat dan dapat dinikmati sebagai makanan lengkap.
Di awal abad ke-19, muncul bentuk sushi yang lebih dekat dengan yang kita kenal sekarang, yaitu *edomae-zushi* atau *nigiri-zushi*. Inovasi ini dipelopori oleh Hanaya Yohei di Tokyo (dulu Edo), yang memperkenalkan konsep sushi cepat saji.
Ia membuat *nigiri* dengan menaruh sepotong ikan segar di atas gumpalan nasi berbumbu cuka, yang langsung bisa dimakan tanpa perlu proses fermentasi panjang. *Edomae-zushi* pun menjadi sangat populer, karena praktis dan cepat disajikan, cocok untuk masyarakat perkotaan yang sibuk.
Perjalanan sushi ke luar Jepang mulai terjadi pada pertengahan abad ke-20, setelah Perang Dunia II. Setelah Jepang pulih dari dampak perang, popularitas budaya Jepang mulai berkembang di negara-negara Barat, termasuk kuliner khas mereka, seperti sushi.
Sushi pertama kali dikenalkan di Amerika Serikat, khususnya di Los Angeles dan New York pada tahun 1960-an dan 1970-an. Restoran sushi pertama di Los Angeles, Kawafuku, berhasil menarik perhatian masyarakat Amerika yang menyukai makanan eksotis dan segar.