Masa remaja adalah fase terpenting dalam perkembangan seseorang. Pada tahap ini, individu mulai mencari jati diri, memperluas lingkaran sosial, serta mengasah kemampuan akademis dan non-akademis. Namun, bagi remaja dengan disleksia, perjalanan untuk menemukan jati diri sering kali menjadi tantangan yang lebih besar.
Disleksia adalah gangguan belajar spesifik yang mempengaruhi kemampuan belajar. Pada masa kanak-kanak, disleksia sering dikaitkan dengan kesulitan membaca, menulis, dan mengeja. Kondisi ini dapat berlanjut hingga anak memasuki masa remaja. Remaja dengan disleksia mungkin menghadapi hambatan dalam memahami literasi, mulai dari yang sederhana hingga yang kompleks. Lebih jauh, kondisi ini juga dapat menyebabkan remaja dengan disleksia kesulitan dalam memahami situasi sosial.
Remaja dengan disleksia menghadapi berbagai tantangan dalam lingkungan sosial yang mempengaruhi kepercayaan diri, harga diri, serta kemampuan untuk membangun hubungan dengan orang lain. Tantangan tersebut meliputi kesulitan dalam mengungkapkan diri, memahami hubungan sebab akibat, melihat suatu kejadian dari berbagai sudut pandang, menilai perilaku diri sendiri dan orang lain, serta mengidentifikasi inti permasalahan dan membuat keputusan yang tepat. Kasus X, seorang remaja berusia 14 tahun yang didiagnosis dengan disleksia, menjadi contoh bagaimana tantangan tersebut dapat dihadapi dengan penanganan yang efektif, sehingga X mampu berdaya dalam lingkungan sosial.