Senin, 3 Maret 2025, hujan keras mengguyur Jabodetabek tanpa henti-hentinya. Bagaikan tercurah dari langit, hujan keras mencapai 167.6-232 mm/ per hari , disertai dengan petir.
Saat hujan deras di Pekan pertama bulan Ramadan itu luar biasa besar intensitas dan boleh dikatakan sebagai hujan ekstrem. Tanpa disangka-sangka, ketika orang seharusnya tidur nyenyak karena dinginnya udara karena hujan keras, tapi justru bencana hidrometerologi pun terjadi.
Tanpa dapat dibendung lagi hujan itu menyebabkan air sungai Cikeas dan Sungai Cilengsi. membludak, bahkan bendungan yang seyogyanya untuk melindungi warga dari kekeringan, tak mampu membendung air yang luar biasa besarnya. Bendungan jebol dan akhirnya daerah Jabodetabek pun tergenang banjir.
Daerah Jabodetabek menjadi lautan air banjir. Beberapa rumah di Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta Selatan dan Bekasi tak luput dari banjir. Juga Bekasi tak luput dari bencana banjir, hampir seluruh wilayah Bekasi dan satu mal di Bekasi terendam banjir.. Di Tangerang Selatan juga sebagian warga harus mengungsi karena banjir yang parah.
Seyogyanya subuh sebelum azan itu menjadi waktu yang dinantikan oleh warga yang sedang puasa untuk sahur, tapi sayangnya, justru warga dikejutkan dengan tamu yang datang tanpa diundang, banjir. Mereka harus membereskan semua perlengkapan rumah tangga bagi yang punya rumah di lantai dua. Tapi bagi mereka yang hanya punya rumah satu lantai, dan air sudah hampir menyentuh dua tiga meter, mereka tak mampu lagi untuk saur. Mereka bergegas untuk menyelamatkan diri dari amukan banjir.
Bencana di tengah puasa dalam perspektif agama
Dalam kondisi yang sedih, kecewa, marah karena pagi-pagi yang seharusnya untuk melakukan ibadah sahur , tiba-tiba bencana banjir datang.
Reaksi awal pasti ada yang tidak puas atau kaget mengapa bencana banjir bisa terjadi ketika mereka sedang dalam kondisi beribadah.
Tentunya bencana tidak datang harus dengan minta izin. Peringatan dari BMKG sudah diberikan tentang adanya hujan ekstrem. Sayang tidak ada tanggapan dari pihak Pemda. Akhirnya, warga yang harus kelabakan dan merasakan kerugian yang besar .
Bahkan, ada yang berpikir negatif , jika bulan suci bukannya bulan berkah yang seharusnya diberikan kemudahan. Sikap negatif, kecewa dan tidak puas itu memang masih manusiawi. Namun, jika sikap negatif itu berlebihan, akan berakibat sakit mental, mula-mula stres, kemudian depresi dan akhirnya ingin bunuh diri.
Alih-alih bersikap stres, lebih baik sebagai orang beriman, kita harus mengembalikan kesedihan, kekecewan terhadap keteledoran, kelalaian, kealpaan manusia yang telah merusak alam , kepada Tuhan.
Sikap kita harus ridho atas takdir Tuhan, dan kita tidak boleh mencela atau marah kepada Tuhan karena Tuhan juga menghendaki kita untuk bersikap sabar dan tawakal untuk menghadapi ujian-ujianNya dan mencari apa kehendak Tuhan atas bencana ini.
Ketika kita sudah mampu menerima keadaan, kita bisa melakukan pekerjaan untuk membersihkan dan memperbaiki segala kerusakan rumah .Kita juga memohon kepada Tuhan agar diberikan kesehatan untuk seluruh keluarga apabila harus mengungsi dan kemampuan untuk mengurus dan membersihkan rumah dari seluruh kotoran dan sisa-sisa lumpur yang masuk dalam rumah serta peralatan yang rusak.
Menyiasati Banjir Sebelum Terjadi
Sebagai manusia yang diberikan daya pikir, kita juga mulai menyiapkan dna memitigasi banjir sebelum terjadi.
Beberapa tindakan yang perlu kita siapkan adalah sebagai berikut ini
1. Asuransikan Aset yang Berisiko
Jika tinggal di daerah rawan banjir, pertimbangkan asuransi untuk rumah, mobil, motor, dan barang berharga lainnya guna mengurangi risiko kerugian.
2. Kenali Potensi Bahaya dan Risiko Sekitar
Evaluasi dampak banjir terhadap aset, kesehatan, serta kondisi lingkungan agar dapat mengambil langkah mitigasi yang tepat.
3. Pahami Rute Evakuasi
Persiapkan diri dengan memahami jalur evakuasi menuju lokasi aman. Jika bantuan belum tiba, pastikan memiliki rencana pengungsian yang efektif.
4. Siapkan Tas Siaga Bencana
Simpan dokumen penting, uang tunai, obat-obatan, pakaian, dan selimut dalam satu tas khusus agar mudah dibawa saat evakuasi.
5. Perkuat dan Tinggikan Rumah
Jika rumah sering terdampak banjir, pertimbangkan renovasi seperti meninggikan lantai atau memperkuat struktur bangunan sebelum musim hujan tiba.
6. Pantau Informasi Cuaca
Selalu periksa prakiraan cuaca dari BMKG dan waspada jika ada peringatan hujan ekstrem atau potensi banjir.
Tindakan Setelah Banjir
Apabila kita telah mengalami kebanjiran, maka ada beberapa langkah atau tindakan yang perlu dicermati. Pemikiran yang cerdas dalam menangani rumah setelah kebanjiran.
1. Hindari Air Banjir yang Terkontaminasi
Air banjir yang bercampur dengan limbah dan kotoran sangat berbahaya bagi kesehatan. Jangan biarkan anak-anak bermain di air banjir.
2. Periksa Struktur Bangunan
Pastikan dinding, lantai, instalasi listrik, dan pipa air tidak mengalami kerusakan yang berpotensi menyebabkan kebocoran gas atau kebakaran.
3. Jangan Langsung Menyalakan Listrik dan Gas
o Listrik: Air banjir dapat merusak kabel dan instalasi listrik, serta menghantarkan listrik melalui air yang mengandung mineral dan logam.
o Gas: Gas bocor yang bercampur dengan udara berisiko menimbulkan kebakaran jika ada percikan api dari lampu atau perangkat elektronik.
Sebelum menyalakan listrik dan gas, pastikan rumah sudah benar-benar kering, lakukan pemeriksaan kabel dan tabung gas, serta gunakan alat pelindung saat memeriksa stop kontak atau perangkat elektronik.
Dengan langkah-langkah ini, risiko banjir dapat diminimalkan, dan pemulihan pasca-banjir dapat dilakukan dengan lebih aman dan cepat.