"Ada yang lebih menyakitkan daripada dikhianati orang lain: mengkhianati diri sendiri."
Kalimat itu mungkin menjadi benang merah yang membungkus seluruh esensi buku Alvi Syahrin. Sorry, My Younger Self, I Can't Make You Happy bukan sekadar memoar atau kumpulan keluh kesah—melainkan surat pengakuan tulus dari seorang dewasa kepada versi dirinya yang paling rapuh di masa lalu. Dalam buku ini, Alvi Syahrin tidak hanya membongkar luka lama, tetapi juga menjahitnya kembali dengan benang-benang harapan yang sering kali luput kita lihat.
Alvi menggambarkan dirinya sebagai seorang "penulis surat yang terlambat". Melalui narasi yang intim dan puitis, ia seolah duduk berhadapan dengan younger self-nya: bocah perempuan yang dulu percaya bahwa menjadi dewasa adalah janji kebahagiaan.