Ada banyak cara orang menyimpan kenangan. Ada yang menulis di buku harian, ada yang memenuhi galeri ponsel dengan foto, ada yang sekadar mengandalkan ingatan (lalu menyesal ketika lupa detail penting). Aku? Aku memilih blogging.
Dulu, ketika pertama kali membuatĀ www.makveestory.com, niatnya sederhana: ingin menulis. Menulis apa pun yang terlintas di kepala, dari cerita sehari-hari sebagai ibu tiga anak, opini receh soal tren terkini, sampai hal-hal filosofis yang muncul setelah begadang menyusui. Tapi lama-lama, blog ini bukan cuma jadi tempat berbagi cerita, melainkan juga menjadi mesin waktu pribadi.
Menulis: Healing Paling Murah, Tanpa Antri, Tanpa Bon Terapi
Kalau hidup ini sinetron, pasti sudah ada musik mendayu-dayu yang mengiringi setiap overthinking yang muncul di kepala. Aku, sebagai ibu tiga anak yang jam tidurnya lebih pendek dari durasi iklan YouTube, sudah kenyang dengan drama sehari-hari. Dari anak pertama yang mulai fase "kenapa begini, kenapa begitu," sampai si kembar yang kalau satu nangis, yang lain auto ikut-ikutan kayak paduan suara.
Dalam situasi seperti ini, kalau ada yang bilang, "Coba deh healing biar nggak stress," aku cuma bisa tertawa kecil. Healing ke mana, Bu? Ke Maldives? Ke Makau? ke Azerbaijan? Atau Ke kafe aesthetic sambil minum matcha latte? Wah, konsep yang menarik, tapi realitanya lebih ke healing dalam bentuk menyendiri di kamar mandi lima menit tanpa ada yang gedor-gedor pintu.
Makanya, aku memilih menulis.