"Jangan selalu mau didengarkan, tapi harus juga mendengarkan." ~ Oma
Hai sobat Blogger Perempuan!
Kali ini aku mau mengulas atau me-review film animasi Jumbo (2025) yang saat ini masih tayang di bioskop. Film ini banyak mendapatkan ulasan positif karena animasinya yang bisa menyamai Pixar dan ceritanya tidak kalah dengan buatan macam Disney atau Studio Ghibli. Film Jumbo berkisah tentang petualangan seorang bocah yatim piatu bertubuh gemuk bernama Don yang berusaha membuktikan dirinya dengan mengikuti pentas, bersama gengnya dan hantu Meri. Dengan sutradara Ryan Adriandhy yang menulis naskahnya bareng Widya Arifianti, film Jumbo memiliki para pengisi suara bertabur bintang di antaranya ada Prince Poetiray, Quinn Salman, BCL, Ariel Noah, Angga Yunanda, Cinta Laura hingga Aci Resti.
Aku kagum karena film ini dibuat oleh pemenang kompetisi komika SUCI pertama, Ryan yang turut menggandeng Aci pula. Kebayang kan PH-nya ini Visinema (Mencuri Raden Saleh, 13 Bom di Jakarta dan Home Sweet Loan) yang sering mencoba genre anti mainstream di Indonesia, sekaligus ini buatan komika dan mengikutsertakan 400-an animator lokal. Membutuhkan 5 tahun penantian, film ini benar-benar memuaskanku juga keluarga (terlebih ponakan yang pertama kali menonton di bioskop!).
Sinopsis film Jumbo (2025) tentang cerita dongeng Pulau Gelembung yang dibacakan oleh kedua orangtua Don, seorang anak laki-laki berusia 4 tahun. Dongengnya berisi bocah kesatria yang hidup bahagia bersama orangtua. Namun suatu hari ayah dan ibunya harus pergi menenangkan langit berawan gelap pembawa badai. Untuk menemani Don selama pergi, mereka meminta bantuan ombak. Sayangnya dongeng itu tidak memiliki akhir bahagia seperti kehidupan yang Don alami karena orangtuanya kecelakaan mobil. Don kini sudah berumur 10 tahun yang hidup berdua bersama Omanya. Oma bercerita kalau buku dongeng tersebut buatan orangtuanya dan peninggalan mereka yang berharga. Don sangat bangga dan selalu membawakan cerita tersebut di depan teman-teman mainnya.
Sayangnya Don hanya memiliki dua sahabat yang benar-benar peduli yaitu Nurman dan Mae. Nurman juga senasib dengan Don, yatim piatu dan tinggal bersama kakeknya. Sehari-hari dia menjaga kambing sang kakek. Sementara Mae sebelumnya tinggal di panti asuhan dan akhirnya diadopsi oleh orangtuanya yang sekarang. Anak-anak kampung Seruni sering bermain sepak bola atau kasti. Don yang bertubuh gemuk sering menduduki posisi cadangan. Kesempatan datang untuknya bermain kasti, namun bola yang dipukul Atta terlalu jauh. Don mengejar bola itu hingga melewati banyak jalanan dan menubruk apa saja di hadapannya. Tetapi ketika berhasil mendapatkannya, teman-teman kampung malah pulang melewatinya. Atta meledek Don yang tidak akan menang ikut apapun karena tubuhnya bongsor. Teman-teman yang lain juga tidak ingin bermain dengan Don lagi karena sering kalah jika mengikutsertakannya. Don pulang dengan sedih.
Nurman dan Mae berusaha menghibur Don. Mereka menyuruh Don untuk ikut pentas seni kampung, begitupun Oma yang mengusulkan dongeng pulau gelembung untuk diikutsertakan dalam lomba. Don sempat ragu karena teman-temannya saja bosan mendengar cerita itu, jadi mana mungkin mau dia bawakan di pentas. Namun ketika Don membuka-buka buku dongengnya itu, ia menyadari ada selipan yang tertempel di bagian belakang. Ternyata ada lagu yang ibunya ciptakan di situ. Don jadi semangat untuk ikut pentas dengan membawakan dongeng beserta lagu tersebut.
Di sisi lain ada Atta, anak yang terlihat sering mengejek Don, dengan nasib yang tak kalah ngenes. Tinggal bersama kakaknya, seorang teknisi alat elektronik yang mengalami kecelakaan pada kakinya dan akhirnya digips. Beruntung ada kepala desa yang memberikan bantuan perban dan tongkat. Seorang pelanggan sang kakak melihat Atta berbakat karena bisa membuat kotak mainan berlampu. Dia mengusulkan agar Atta mau ikut pentas seni kampung mereka karena berhadiah uang yang bisa dipergunakan untuk pengobatan sang kakak. Atta yang pergi mendaftar tidak diterima karena sudah cukup peserta. Tapi Don dan kedua sahabatnya malah beruntung, sebenarnya sudah tutup tapi peserta lain rupanya sudah mengonfirmasi tidak akan bisa hadir nanti. Jadilah mereka keterima dan membuat Atta iri. Atta berhasil merebut buku dongeng Don agar mereka tidak bisa ikut pentas.
Don dan kawan-kawan mulai memikirkan rencana untuk merebut kembali buku dongeng di markas (seperti sebuah pabrik terbengkalai). Nurman bahkan memberi ide SAP SAP SAP agar bisa mengecoh Atta hahaha, kocak pokoknya. Tiba-tiba muncul hantu perempuan bernama Meri yang mengagetkan mereka. Meri meminta bantuan mereka bertiga untuk menemukan orangtuanya yang juga adalah hantu. Ada seseorang berjubah hitam hingga menutupi atas kepalanya, memegang radio dan mengenakan cincin batu merah yang ingin merusak makam mereka. Sebelum itu dia mau menangkap roh mereka terlebih dahulu. Meri berhasil kabur dari sosok berjubah itu, namun dia juga memiliki batas waktu. Terlihat dari kalung bunga melatinya yang semakin hari semakin layu. Jika semuanya layu dia akan menghilang. Don dan kawan-kawan setuju membantu Meri yang akan mengambilkan buku dongeng yang direbut Atta.
Film ini menyorot berbagai aspek mulai dari hubungan anak dengan orangtua, oma, kakak, keluarga, sahabat, teman main sampai dunia lain juga ada. Isu bullying sampai ketidakadilan juga masuk di sini. Feel-nya nano nano, ada senang, sedih, haru, lucu dan bangga. Perpaduan petualangan dan magis, aku teringat dulu suka nonton Petualangan Sherina, Casper dan Scooby Doo hahaha. Film Jumbo memiliki banyak easter egg. Kalender tahun di mana Don masih kecil menunjukkan dia anak gen milenial karena itu belum ada handphone, banyakan main di luar bareng teman-teman. Ada plat nomor kepala desa yang merujuk nama sang pengisi suara. Nama kampung Seruni dari kata "seru" dan "nih", juga kalau kalian perhatikan kata "dongeng" bisa saja dari nama Don dan kata "geng" hahaha.
Review lengkap bisa kamu baca di link berikut ya 🙂