Mendampingi remaja dengan disleksia di lingkungan sekolah memerlukan strategi yang terstruktur dan empatik. Pendekatan individual menjadi fondasi utama, dari membangun kepercayaan, mengenali karakter anak secara menyeluruh, hingga menyampaikan nilai sosial melalui diskusi. Dimulai pengembangan keterampilan sosial difokuskan pada peningkatan kepercayaan diri, pelatihan komunikasi verbal dan nonverbal melalui role-playing, serta membangun dukungan dari kelompok teman sebaya yang positif.
Refleksi diri secara berkala juga menjadi strategi penting untuk membantu anak memahami situasi sosial yang dihadapi, sekaligus mengenali potensi dan kekuatannya. Guru pendamping berperan sebagai fasilitator dalam proses ini, memberikan pertanyaan terarah dan umpan balik positif untuk mendorong pertumbuhan emosi dan sosial anak.