Hidup Bukan Template, Jadi Jangan Dipaksa Sempurna
Oleh: Nurul Rabiatul AdawiyahÂ
Pernah nggak sih ngerasa hidup kayak soal pilihan ganda?
A. Kuliah - kerja mapan
B. Nikah di usia 25
C. Punya rumah sebelum 30
D. Semua jawaban benar (tapi dompet salah)
Di dunia yang makin seragam tuntutannya, hidup jadi kayak template harus rapih, berurutan, dan sesuai ekspektasi. Salah dikit, langsung disalahin. Padahal hidup bukan template, lebih mirip coretan buku catatan: berantakan, ngantuk, tapi tetap valid.
Standar Siapa, Bahagia Siapa?
Seharusnya apa yang menjadi standar hidup kita itu bukan orang lain karena kita hidup di zaman di mana kalau kamu gak punya milestone viral, kamu dianggap âketinggalan.â Padahal gak semua orang bisa (atau mau) ikut lomba sukses versi dunia.
Orang introvert dipaksa jadi âaktif berjejaring.â, Orang santai dibilang âgak punya ambisi.â, Orang realistis dibilang âkurang effort.â
Kita sibuk banget menyesuaikan diri dengan standar luar sampai lupa bertanya
âIni hidup siapa, sih?â
Capek Tapi Nggak Boleh Ngaku
Salah satu efek dari paksaan jadi sempurna adalah overthinking dan rasa bersalah yang gak selesai-selesai.
"Harusnya aku udah nikah."
"Harusnya aku udah bisa beliin orang tua rumah."
"Harusnya aku gak selelah ini, orang lain aja kuat."
Padahal, kadang yang bikin kita lelah itu bukan hidupnya, tapi ngebandingin hidup kita sama versi editan orang lain.
Coba kamu Setel Ulang Definisi Sukses, kamu gak harus viral buat valid. Sukses itu ketika kamu bisa tidur nyenyak tanpa mikirin utang, bisa makan sambil ketawa, atau bisa bilang ânggakâ tanpa rasa bersalah. Lalu jujur Sama Diri Sendiri
Kalau kamu ngerasa kosong, jangan buru-buru ditutupin dengan postingan. Duduk, tarik napas, tanyain ke hati
âSebenernya aku lagi pengen apa, ya?â
Coba deh lakukan hal biasa, Tapi Sepenuh Hati. Seperti masak mi instan, nyapu rumah, bantu ibu buka toples, itu semua bisa jadi healing kalau kamu nggak sibuk dan nganggap itu "gagal produktif".
Dan jangan lupa dekatkan Diri Sama Pemilik Skema Asli yakni Allah. Allah itu nggak minta kita jadi sempurna, tapi minta kita jujur dan berusaha. Hidup bukan lomba pencitraan, ini perjalanan menuju akhir yang baik (husnul khatimah, bukan husnul aesthetic feed).
Pandangan Islam
Islam punya pandangan terkait tujuan hidup kita yang sebenarnya, Allah berkata dalam Al-Qur'an
"Dan tidaklah Kami ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku." (QS Az-Zariyat: 56)
Jadi, udah jelaskan kalau tujuan hidup kita di bumi ini bukan semata-mata mengejar eksistensi dunia melainkan beribadah kepada Allah. Ibadah itu maknanya luas banget bukan cuma sekedar mengenai aspek ibadah madhon semata. Lebih luasnya makna ibadah itu taat dan tunduk terhadap syari'at-nya
Nah, eksistensi yang sebenarnya bukan untuk jadi viral. Bukan untuk punya rumah 3 lantai sebelum 30. Tapi untuk taat dan tenang. Dan Islam sangat memahami perbedaan perjalanan tiap manusia
Ada sahabat Nabi yang wafat muda, tapi pahalanya membumbung tinggi. Ada yang miskin tapi derajatnya di sisi Allah lebih tinggi dari miliarder. Bahkan Rasulullah SAW pun mengalami fase sepi, fase ditolak, fase sendu.
Jadi, kalau kamu lagi merasa nggak sesuai âtemplate hidup orangâ, jangan panik. Bisa jadi kamu sedang sesuai rencana-Nya bukan rencana netizen.
Hidup nggak perlu rapi buat layak dijalani.
Kamu nggak harus punya semua jawaban sekarang.
Dan kamu tetap pantas dicintai, meski sedang bingung arah.
Kalau kamu bisa bilang, âAku capek, tapi nggak nyerah,â itu udah jauh lebih keren dari apapun yang bisa diposting di Instagram. Karena hidup ini bukan template. Dan kamu bukan draft yang harus disesuaikan, kamu adalah versi final yang sedang tumbuh pelan-pelan.