Disya tumbuh menjadi anak yang senang dengan kegiatan2 fisik.
#
Lompat2 dan panjat2 menjadi kegiatan rutinnya di rumah.
Padahal, selama 9 bulan hamil, saya benar2 mengalami kepayahan. Berkunjung ke rumah teman saja, esoknya musti bed rest.
Tidak sekedar payah, badan juga terasa diaduk-aduk. Setelah melewati 2 trimester, baru diketahui dari hasil cek lab bahwa saya kena defisiensi zat besi. Itulah yang membuat badan jadi lemah. Lidah juga jadi pahit, makan apapun terasa mual, kecuali yang manis-manis.
Dokter pun merekomendasikan saya untuk infus zat besi. Infus ini maksimal hanya 3x. Kami berharap infus ini hanya sekali. Nyatanya, baru di infusan ketigalah badan ini terasa segar. Itu pun jelang lahiran, merasakan lemas kembali.
Campur aduk rasanya. Trauma hamil pun masih menghinggapi diri ini.
Hasil infusan terasa ketika Disya lahir, yaitu beratnya saat lahir tidak rendah.
Karena lidah saya sudah tidak lagi pahit, saya kembali banyak makan daging merah agar ASI yang dikonsumsi Disya bernutrisi tinggi. Dokter juga menyarankan agar meneruskan vitamin2 masa kehamilan, salah satunya Zat Besi.
Saran dokter saya jalankan. Alhamdulilah Disya bisa tumbuh normal, sehat dan kuat.
Saya telah memutus mata rantai anemia ke anak saya.
Ternyata, penyebab saya defisiensi zat besi karena masa remaja kurang peduli akan nutrisi makanan. Akibatnya baru saya rasakan ketika hamil.
Terutama para remaja, agar memperhatikan nutrisi makanannya yaa. Karena ini akan menjadi siklus bisa menurun ke anak. Mengingat infomasi2 kesehatan terutama di daerah masih sangat minim.