“Buruan atuh menikah! Nanti enggak laku. Bisa expired loh!” Aku kadang jengah dengan komentar itu, apalagi bila hal itu disampaikan jelang PMS. Apa sih maksud mereka? Ingin aku baper dan kebelet nikah atau ada keinginan lain. Apakah perempuan itu serupa komoditas yang jika belum menikah dianggap tidak laku, makanya harus buru-buru agar tidak expired untuk menghindari tanggal kedaluwarsa?
Tulisan di atas merupakan salah satu penggalan yang tersemat dalam buku antologi Single, Strong, and Sparkling. Menyadarkan pembacanya, bahwa sesungguhnya menjadi seorang perempuan bukanlah hal yang mudah. Ada begitu banyak stigma yang sudah terlanjur mengakar di masyarakat, tertanam begitu saja yang kadang senang menuding para perempuan yang memilih jalan berbeda dalam kehidupannya sebagai Kaum Hawa.
Apakah benar, jika seorang perempuan belum tergerak juga untuk menikah di usia matang, maka nasibnya akan sangat kasihan? Apakah menikah adalah segala-galanya untuk membahagiakan seorang perempuan?
Yuk temukan dulu sedikit cuplikasi review-nya di sini. Mana tahu kelak kamu tergoda juga untuk turut membaca bukunya.