Di sebuah desa kecil di Malawi, di tengah tanah yang retak dan langit yang enggan menurunkan hujan, seorang anak laki-laki bernama William Kamkwamba berdiri sebagai simbol harapan yang tak terduga. Ia bukan anak yang kaya, bukan anak yang memiliki akses mudah ke pendidikan, bahkan bukan anak yang dianggap penting oleh sistem yang menelantarkan mereka yang miskin. Namun, di balik keterbatasan itu, William memiliki sesuatu yang tak bisa dihitung dengan angka: rasa ingin tahu yang membara dan tekad yang tak bisa dipatahkan. Ketika kekeringan melanda dan kelaparan mulai merenggut kehidupan, ia menyaksikan keluarganya dan komunitasnya terjerembab dalam keputusasaan. Sekolah tempat ia belajar menutup pintu karena orang tuanya tak mampu membayar biaya. Tapi William tidak menyerah. Ia menyelinap ke perpustakaan, membaca buku-buku teknik yang bahkan sulit ia pahami sepenuhnya, dan mulai merancang sesuatu yang dianggap mustahil oleh banyak orang: sebuah kincir angin yang bisa menghasilkan listrik dan memompa air untuk menyelamatkan desanya.