Penggunaan bungkus dan kemasan plastik tidak terhindari. Bagaimana kita bisa mengurangi sampah plastik dengan cara sederhana?
Penggunaan bungkus dan kemasan plastik sepertinya memang tidak terhindari. Segala hal dibungkus plastik, mulai dari produk hingga makanan. Berkegiatan di rumah–seperti bekerja dan bersekolah dari rumah–lantaran pandemi juga justru meningkatkan jumlah sampah dari rumah tangga. Orang memesan makanan dan minuman dari layanan aplikasi daring. Saat dikirimkan makanan dan minuman dibungkus plastik.
Kalau begini caranya, sampah plastik akan terus meningkat. Tak heran kalau media-media nasional sampai menyatakan Indonesia darurat sampah. Bahkan beberapa Tempat Penampungan Akhir (TPA) terancam tutup saking tak mampu lagi menampung luberan sampah. Hufh.
Pencerahan itu datang tatkala saya mendapat kesempatan ngobrol dengan para penggagas gerakan minim sampah. Poin pentingnya adalah bagaimana kita bisa menjadi bijak berplastik, sehingga barang yang usai dipakai itu memiliki siklus dan tak hanya teronggok di tempat sampah. Jadi, sampah yang telah dikonsumsi tidak lari ke tempat sampah atau berakhir di TPA. Tapi bisa didaur ulang menjadi barang baru, atau digunakan kembali.
Di tengah pandemi, aplikasi yang ia buat tak hanya bermanfaat bagi lingkungan, tapi juga membantu pemulung dan orang-orang yang terkena pemutusan hubungan kerja. Bahkan ada seorang pemulung yang sampai bisa bayar tunggakan pinjaman online dan bayar uang sekolah anaknya, berkat menggunakan aplikasi ini.
Tak hanya berkesempatan ngobrol dengan CEO Octopus Indonesia, saya juga berbincang dengan Wilma Chrysanti, Co-founder Kota Tanpa Sampah, yang akun Instagramnya @kotatanpasampah.
Menurut dia, semua orang bisa berkontribusi mengurangi sampah dari rumah. Bahkan sampah bisa dikurangi sejak sebelum mengkonsumsinya dengan cara merencanakan barang-barang yang hendak kita beli. Barang itu mesti bersifat ramah lingkungan, mengurangi potensi sampah dengan membawa wadah.
Dari beliau, saya belajar soal mengelola sampah bahkan sejak sebelum menghasilkan sampah, yakni dengan konsep bernama strategi tiga pintu. Ibarat rumah, ada pintu depan, pintu tengah, dan pintu belakang. Saya pun baru menyadari, upaya saya mengurangi sampah baru hal kecil di pintu depan dan sedikit di pintu tengah.