Pengalaman Tinggal di Apartemen Jakarta Selama Beberapa Hari — Beberapa waktu yang lalu, suami ada jadwal mengikuti UTS secara offline dalam sepekan di kampusnya, Universitas Indonesia di Salemba, Jakarta Pusat.
Mungkin karena kebanyakan mahasiswa pascasarjana itu adalah pekerja, maka jadwal UTS diadakan pada malam hari. Mengetahui hal tersebut, saya lantas menyarankan suami untuk tinggal sementara di sekitar kampus. Entah di hotel, kost, atau apartemen.
Soalnya jarak antara tempat tinggal kami di Jakarta Barat dengan kampus UI di Salemba, Jakarta pusat, cukup menguras waktu dan tenaga suami yang juga tetap bekerja WFH seperti biasa.
Apalagi waktu itu curah hujan cukup tinggi. Gak lucu kan kalau malah jadi sakit di saat-saat urgent seperti itu?
Setelah mempertimbangkan banyak hal, akhirnya saya dan suami memutuskan untuk menyewa unit apartemen selama sepekan. Dengan saya ikut turut serta tentu saja, hehe.
Tidak seperti hotel, apartemen memiliki fasilitas yang cukup lengkap layaknya rumah tinggal biasa. Terutama karena adanya kitchen set yang memudahkan saya memasak selama tinggal beberapa hari di sana, sehingga bisa lebih menghemat budget dan lebih sehat.
Soalnya nih, tubuh kami ini kalau enggak dikasih asupan makanan sehat (sayuran dan buah) selama beberapa hari, seringnya malah protes dengan menunjukkan gejala-gejala sakit.
Sayuran yang saya maksud adalah yang saya masak sendiri, bukan sekedar beli di restoran yang mungkin tidak memenuhi standar olahan yang sehat menurut saya. Hahaha.
Alasan lainnya, sebab ini akan jadi kesempatan bagus untuk kami mendapatkan pengalaman pertama kali tinggal di apartemen, setelah sebelumnya kami urungkan karena beberapa pertimbangan.
Memilih Tempat Tinggal di Jakarta: Kost, Apartemen, atau Rumah Sewaan?
Kami menyewa satu unit apartemen di Green Pramuka City (GPC) di Cempaka Putih, Jakarta Pusat.
Kami memilih apartemen tersebut, karena lokasinya yang tidak begitu jauh dari kampus suami, yaitu kira-kira jarak hanya 2 km, dengan waktu tempuh perjalan sekitar 20 menit saja, tergantung kondisi jalan. Lumayan memangkas waktu perjalanan suami.
Selain itu, tentu saja karena harga sewanya sesuai dengan budget kami, yaitu Rp300.000/hari di weekday, dan Rp350.000/hari di weekend.
Pertama kali datang, kami memasuki area parkir di basement. Sebab ada banyak tower di area GPC ini, otomatis area parkirnya berbeda-beda mengikuti unit tower yang penghuni tempati.
Saat itu kami cukup kebingungan menemukan area parkir yang terdekat dengan Tower Scarlet, tempat unit apartemen sewaan kami. Ditambah area parkirnya cukup redup. Kami seolah mencari-cari di dalam pusaran labirin.
Untunglah tidak lama kemudian kami bertemu satpam untuk ditanya-tanya. Hingga akhirnya kami bisa menemukan area parkir yang dekat dengan lobby Tower Scarlet.
Singkat cerita, setelah parkir kendaraan dan mendapatkan kunci unit dari si pemilik apartemen, kami langsung menuju unit tersebut yang letaknya ada di lantai 18.
FYI, untuk mengakses fasilitas lift di dalam apartemen harus menggunakan semacam kartu digital yang ditap di bagian bawah tombol di dalam lift.
Jadi tidak sembarang orang bisa masuk dan naik ke lantai-lantai di dalam apartemen, insya Allah keamanannya terjaga.
Mungkin karena waktu kami check in masih siang, mobilitas lift tidak teralu padat, sehingga kami tidak terlalu lama menunggu lift yang kebetulan jumlahnya juga ada tiga buah.
Oiya, unit yang kami sewa berupa tipe studio, yaitu tipe tanpa sekat-sekat yang memisahkan tiap fungsi ruangan. Jadi, kasur, televisi, dapur, lemari pakaian semuanya plek di satu area ruangan.
Ukurannya juga tidak terlalu luas. Namun, cukup lah untuk kami berdua yang cuma tinggal sementara waktu.
Unit apartemennya memiliki fasilitas yang cukup lengkap, yaitu AC, free wifi, Netflix, kamar mandi dalam, satu kasur double, lemari es, lemari pakaian, meja dan kursi kerja untuk satu orang, serta kitchen set.
Dari balkon unit kami juga bisa melihat pemandangan Kota Jakarta dari ketinggian. Lumayan bisa menyegarkan mata yang penat terus-terusan menatap layar laptop.
Saat malam hari, aku sengaja buka gorden jendelanya, biar pemandangan malam Jakarta dengan lampu-lampunya bisa kelihatan syahdu dari dalam unit.
Yang menarik, unit apartemen kami berada tepat di atas Mall Green Pramuka Square (GPS). Jadi selama tinggal di sana, saya beberapa kali jalan-jalan ke dalam mall sendirian untuk belanja bahan masakan dan buah-buahan di Lotte Mart yang ada di dalamnya.
Di sekitar mall juga ada minimarket seperti Indomaret, Alfamart, dan Family Mart. Daripada bete, saya juga sering ke minimarket tersebut untuk jajan atau belanja kebutuhan harian. Sementara suami sibuk bekerja dan belajar di dalam unit tentu saja, hehehe.
Tapi suami juga pernah deng ketemuan dengan teman-teman kampusnya untuk kerja kelompok sambil ngopi di Starbucks yang ada di dalam mall GPS.
Intinya apartemen GPC ini letaknya strategis untuk ajang ketemuan dengan teman-teman suami.
Nah, dari pengalaman kami tinggal di apartemen selama beberapa hari tersebut, saya sedikit banyak bisa mengambil kesimpulan tentang apa saja kelebih dan dan kekurangan menjadi penghuni apartemen.
Poin-poin yang akan aku sebutkan tentu bersifat personal, dan tergantung unit apartemen yang ditinggali ya.
Bagi yang tidak terlalu suka dengan vibe bertetangga yang kepo dengan kehidupan pribadi (privasi), atau tidak punya banyak waktu untuk bercengkrama (bersosialisasi) dengan mereka, tinggal di apartemen bisa jadi pilihan yang bagus.
Soalnya, selama tinggal di sana, kami sama sekali tidak pernah bertemu dengan tetangga kanan kiri kami.
Bahkan misal kami bertemu dengan penghuni lain di dalam lift, sepertinya tidak ada kebiasaan interaksi saling tegur sapa, which is good for me.
Sepanjang selasar di dalam apartemen, sangat hening dan sepi. Jarang sekali berpapasan dengan penghuni lain di lantai yang sama.
Menurut saya ini bagus buat yang suka kedamaian, sebab tidak ada suara-suara mengganggu, apalagi suara tetangga lagi motong keramik.
Bagi yang suka city view dari ketinggian seperti kami, dijamin bakalan suka tinggal di apartemen. Apalagi pada malam hari, saat banyak bintang bertaburan di langit, dan lampu-lampu yang berasal dari perumahan di bawah dinyalakan. Tinggal seduh teh hangat aja deh!
Setiap apartemen biasanya memberikan fasilitas yang lengkap, seperti pusat perbelanjaan, area jogging, area fitness dan kolam renang.
Sayangnya saat di GPC, saya tidak sempat jalan-jalan ke fasilitas kolam renangnya, karena letaknya ada di tower yang agak jauh dari Tower Scarlet.
Tapi saat di apartemen lain, saya sempat nengokin kolam renang yang airnya biru jernih. Jadi pengen nyebur! Hihi.
Setiap apartemen akan dijaga oleh security selama 24 jam penuh. Bahkan di GPC, terdapat security di lobby basement dan lobby di Lantai Ground.
Selain itu, hanya pemilik kartu anggota yang bisa mengakses lift untuk menuju lantai tertentu.
Bahkan di apartemen tertentu setiap kartu hanya bisa menuju satu lantai, tidak bisa ke lantai yang lain.
Misal penghuni lantai 12, kartunya hanya bisa diakses menuju lantai itu. Dia tidak bisa ke lantai 29, kecuali kalau dia mau repot-repot menggunakan tangga darurat, hehe.
Pengalaman suami saat pulang dari kampus pada malam hari, saat mau parkir kadang bersamaan dengan mobil penghuni-penghuni lain yang juga akan parkir, akibatnya macet di dalam basement pun tidak terhindarkan.
Kalau lagi berpapasan dengan jam pulang kantor, macetnya bisa sampai setengah jam. Lumayan menguji kesabaran, apalagi waktu itu suami pulang dalam keadaan lelah dan pusing sehabis ikut ujian.
Nah, ini salah satu minus point bagi penyewa apartemen harian seperti kami: biaya parkir dikenakan per jam!
Misal harga parkir sepeda motor Rp2.000/jam, dalam sehari dikalikan 24 jam. Lumayan banget kan?
Keterangan dari pemilik unit, sebab kami bukan penghuni tetap, jadi tidak diberi kartu anggota untuk dapat diskon biaya parkir.
Saya sempat merutuk kenapa kami gak dikasih aja sih kartu parkirnya? Toh dia juga gak rugi.
Untungnya, kebetulan suami dapat ‘uang jajan’ dari beasiswa yang didapatnya, jadi saya kemudian tidak terlalu ambil pusing soal biaya parkir, hahaha.
Tak seperti di rumah tapak, yang kalau mau keluar cuma perlu buka pintu dan pager, keluarkan kendaraan, lalu meluncur ke tempat tujuan.
Kalau di apartemen prosedurnya: buka pintu, menuju lift (kadang lift lama datangnya), ke tempat parkir, keluar dari area parkir di basement, bayar parkir (kadang antri), lalu keluar area apartemen menuju tujuan.
Bagi kami yang pemalas dan lebih suka sat set sat set, ini tentu jadi merepotkan.
Jangan harap ada tukang sayur yang keliling seperti halnya tinggal di perumahan biasa. Di apartemen, untuk membeli bahan makanan dan buah-buahan, mau tidak mau kita harus membelinya di supermarket terdekat.
Misalnya saat di GPC, supermarket yang ada hanya Lotte Mart. Lain lagi di apartemen Mediterania Garden, Tanjung Duren, Jakarta Barat, adanya Superindo.
Harganya juga relatif lebih mahal daripada beli di tukang sayur keliling atau pasar tradisional.
Kejadiannya bukan di GPC ini sih, tepatnya di salah satu apartemen di Tanjung Duren, Jakarta Barat.
Tapi boleh lah dijadikan salah satu kekurangan atau gak enaknya tinggal di apartemen.
Pengalaman gak enak saya adalah saat ditegur oleh penyewa unit yang juga ditegur oleh security di lobby apartemen.
Penyebabnya waktu itu karena keponakan-keponakan saya yang masih bocil, yang menginap di sana, lari-larian atau mungkin berisik saat melewati lobby.
Kami juga ditegur karena terlalu bergerombol saat mau masuk lift menuju lantai tujuan.
Aduh, beneran bikin bad mood dan tidak nyaman. Menurut saya peraturannya terlalu lebay, dibandingkan peraturan di GPC.
Saat melewati lobby saya jadi deg-degan takut kena tegur lagi.
Jadi kami harus benar-benar silent, bisik-bisik kalau berkomunikasi, dan mensiasati dengan melewati lobby maksimal 3 orang.
Alhasil saya pribadi kapok sewa apartemen di sana, meski pun pemilik unit apartemennya sebenarnya sangat ramah.
Tinggal di apartemen bisa menjadi pilihan tempat tinggal tetap atau pun sementara, karena lokasinya yang memang strategis, dekat dengan beberapa lokasi penting di pusat kota.
Meski memiliki kelebihan, tinggal di apartemen juga memiliki kekurangan yang harus dipertimbangkan.
Saya sendiri, mungkin akan memilih apartemen lagi jika memang harus menginap dalam waktu yang cukup lama, karena memang memiliki fasilitas yang saya butuhkan demi menghemat budget dan menjaga pola hidup sehat.
Apakah kamu tertarik tinggal di apartemen? Share di kolom komentar yuk!