7 hari sebelumnya …
“Dek, katanya Pak RT tetangga kita meninggal,” kata suamiku sambil menunduk masih menatap gawainya seperti tidak percaya.
Deg.
Kaget. Jantung ini berdegup kencang. Tidak terasa air mata mengalir. Seketika aku memikirkan Bu RT. Anaknya 3 orang.
Masih kecil-kecil dan masih usia sekolah. Yang sulung kelas 5 SD, anak tengah kelas 1 SD, dan yang bungsu masih usia 4 tahun. Bagaimana keadaan mereka sepeninggal Pak RT?
Semalam padahal baru saja kami mendengar bahwa Pak RT yang seminggu ini sakit sesak napas, dan ketika dibawa ke rumah sakit ternyata Pak RT positif COVID-19.
“Mas, Pak RT bisa aja sembuh kan? Pak RT masih 40-an kan? Banyak yang sembuh kan?” Tanyaku memastikan malam itu pada suami.
Suami mengangguk meyakinkan sambil menarik napas. Dia juga berharap sama. Namun apa daya di pagi hari kami menerima kabar buruk.
Malam sebelum mendengar kabar Pak RT meninggal, aku memimpikan seseorang lain meninggal. Entah kok bisa bersamaan. Aku sedih sekaligus merinding mengingat mimpiku malam tadi.
Kami sangat dekat dengan keluarga beliau. Karena kami tetanggaan persis sebelah rumah. Terkadang Bu RT menitipkan anaknya di rumah kami. O ya kami tinggal di Lidah Wetan Surabaya. Di sini, acara berkumpul dengan tetangga masih sangat aktif. Berbeda dengan tempat asal kami.
Karena protokol kesehatan. Kami dilarang menjenguk atau ziarah ke rumah Bu RT. Beliau akhirnya sendiri menghadapi hal berat ini. Ah, andai aku bisa memeluknya.
Aku pun mencoba untuk video call. Karena video call jalan satu-satunya menghibur beliau. Ya Allah kuatkan beliau.
“Bu RT?” sapaku kembali setelah sekian menit video call hanya diisi tangisan beliau.
“Iya Mama Husain,” jawab Bu RT sambal menghapus air matanya.
“Maafin suamiku ya kalau banyak salah ya.”
“Enggak ada Bu, beliau orang baik. Rajin beribadah, senang berbagi. Beliau juga bapak yang baik, insyaaAllah Surga kelak untuk beliau.”
“Aamiin. Makasih ya Mama Husain. Aku enggak tahu lagi. Aku sendiri di sini. Anak-anak nanyain ayahnya. Yang gede udah paham. Yang kecil 4 tahun ini masih beberapa kali nanyain. Pas tidur malam biasanya sama ayahnya, sekarang malam-malam pasti nyariin bilang mau tidur sama ayah. Gimana aku gak tega Mama Husain.” Lagi-lagi tangisan Bu RT meluap.