Banyak sih yang bisa dicurhatkan, tapi lebih banyak lagi yang harus disembunyikan dari publik demi meminimalisir nyinyiran para netizen, hehe. Tapi, gak apa-apalah ya sekali-kali curhat disini.
Tulisan ini sebenarnya sudah mengendap di kepala saya sejak lama. Tapi entah kenapa baru bisa saya tuliskan sekarang. Bukan pemikiran yang berat kok, malah bisa dibilang hanya selintas pikiran ringan seperti kapas yang diam-diam melayang karena tertiup angin.
Baiklah, saya mulai dengan…
Kenapa banyak orang yang senang dengan pertanyaan yang bisa menyudutkan orang lainnya? Padahal, pertanyaan-pertanyaan itu sudah bisa terjawab dengan sendirinya oleh si penanya. Kenapa harus ditegaskan lagi? Lalu, ketika pertanyaan itu pada akhirnya terjawab, entah kenapa para penanya seolah diam dan tak menanggapi. Berlalu begitu saja.
Saya yakin, sudah banyak sekali tulisan yang membahas hal semacam ini. Tanggapannya pun beragam dan sudah tersebar dengan tautan seperti mata rantai.
Dimulai dari…
Kapan kamu wisuda?
Apakah kamu setuju bahwa setiap orang memiliki tingkat kesulitan berbeda? Mungkin ia memang cerdas dan pintar, tapi terkendala dengan penelitian, kurangnya referensi, survey, atau karena kesulitan menghadap dosen. Bisa juga karena memang ia kurang di bidang akademi tapi unggul dalam organisasi, hingga terkadang ada mata kuliah yang masih harus mengulang beberapa kali.
Lalu,
Sudah mulai kerja belum?
Ya, kalau kamu sudah wisuda, kamu harus segera masuk kerja. Itu tipikal orang-orang. Melanjutkan lagi pertanyaan sebelumnya. Setelah wisuda ya kerja, harus dapat pekerjaan yang sesuai lagi. Kalau ternyata pekerjaan dan latar pendidikannya berbeda, pasti jadi pertanyaan lagi.