Akhir-akhir ini aku suka baca komentar-komentar netizen di unggahan Instagram random (di explore Instagram). Mulai dari foto estetik orang lagi liburan, cuplikan vidio yang lagi ramai di TikTok, hingga vidio yang mengiris bawang tentang orang tua. Nah, sering banget nih aku ketemu komentar-komentar yang cenderung mengasihani diri, misalnya,
“Anak broken home menangis melihat ini”
“Beruntung banget ya punya orang tua kaya gitu”
“Video di atas tidak berlaku untuk anak broken home”
“Mana nih anak broken home? Yuk ngumpul”
Entah itu curahan hati mereka atau sekadar komentar omong kosong belaka, tetapi menurutku miris aja, seolah-olah mereka itu tidak seberhaga anak-anak dengan keluarga utuh dan harmonis. Padahal, belum tentu demikian. Banyak kemungkinan yang bisa terjadi dan apa yang ditunjukkan di media sosial belum tentu sesuai dengan realitanya. So, stop membandingkan diri dengan sebuah unggahan di media sosial, ya!
Nah, dari 29 buku yang aku beli sebagai kado ulang tahunku Maret lalu, satu di antaranya membahas tentang anak broken home. Judul bukunya adalah Broken Home: An Inspiring Life Journey. Bukunya tentang anak broken home, ditulis oleh anak broken home, untuk anak broken home. Dengan hardcover manis, halaman penuh warna, ilustrasi yang indah serta isi yang ditulis secara to the point di setiap lembarnya membuat buku ini sangat menyentuh untuk dibaca.