Saya pernah mendengar kalimat seperti ini, “Mumpung masih muda dinikmatin, kejar mimpi-mimpi dulu, jangan buru-buru nikah, soalnya kalau udah nikah jangankan mau mengejar mimpi, buat punya impian aja susah.”
Kalimat yang waktu itu sangat menyeramkan bagi saya yang belum menikah. Mungkin teman-teman perempuan lain yang membaca artikel ini juga pernah menerima nasihat semacam itu. Sebenarnya tidak sepenuhnya salah juga, karena budaya yang berkembang di masyarakat kita masih sangat patrarki. Sehingga, perempuan lebih sering dibebani dengan pekerjaan domestik ketimbang kesempatan untuk bekerja di sektor publik meraih mimpinya.
Dalam budaya patriarki, kebanyakan perempuan harus rela membunuh mimpinya agar bisa menjadi ibu yang baik untuk anak-anaknya. Padahal ibu yang baik juga berhak punya mimpi. Sama seperti bapak yang juga harus punya mimpi. Sejatinya laki-laki dan perempuan sama-sama manusia yang memiliki kesempatan sama untuk meraih mimpinya.