Hujan Bulan Juni, sebuah catatan tentang kesetian yang senyap.
Puisi ini tidak berteriak. Ia tidak datang membawa drama, janji yang meledak-ledak, atau rayuan yang mendayu-dayu. Ia datang perlahan, sebagaimana hujan bulan Juni yang tak seharusnya turun, tapi tetap jatuh juga - diam-diam, tanpa rencana.
"Tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni," tulis Sapardi. Dan dalam satu baris itu, kita diseret masuk ke dalam perasaan yang tak pernah selesai dibicarakan manusia: rindu yang tak bisa ditunjukkan, cinta yang tidak bisa diucapkan, dan ketulusan yang memilih untuk bertahan -meski tahu tak akan terlihat.
Sapardi tidak bicara tentang cinta yang menyala-nyala, tapi tentang cinta yang bertahan dalam senyap.