Sepengetahuan saya dahulu sebagai orang awam, bulan Juni adalah awal dari musim panas di belahan bumi utara. Ternyata proses perubahan musim dari yang mulanya sejuk berangin (musim semi) ke musim panas yang nyaris tidak ada angin ini rasanya seperti anomali. Bulan Juni-Juli, untuk kurun waktu kurang lebih 1 bulan, biasanya curah hujan di Jepang sangat tinggi dibanding bulan-bulan lainnya, sehingga disebut sebagai musim hujan atau tsuyu (梅雨).
Tsuyu ini hanyalah salah satu jenis musim hujan yang ada di Jepang. Musim hujan yang disebut uki (雨季) adalah istilah umum yang digunakan untuk menyebut hujan yang terjadi saat memasuki musim panas pada bulan 6-7 atau tsuyu, hujan pada musim gugur di bulan 9 atau akisame (秋雨), dan hujan salju di sisi Laut Jepang pada musim dingin bulan 12-2 atau kousetsu (降雪).
Dari definisi ini, kita juga akan merujuk pada pilihan kata uki dalam bahasa Jepang untuk menyebut musim hujan yang terjadi di Indonesia.
Saat tsuyu, langit hampir setiap hari berawan atau mendung dan sering hujan baik gerimis sampai hujan lebat. Tetapi… karena kelembapannya cukup tinggi, rasanya gerah atau sumuk. Selain itu, musim ini membuat banyak orang malas melakukan aktivitas di luar rumah karena ribet, basah dan pakaian/sepatu mudah kotor. Orang Jepang menyebut kondisi ini dengan istilah “jime-jime“, yaitu kondisi yang sangat lembab, tidak menyenangkan, kotor, atau suram.
Well, tapi jangan bersedih karena curah hujan yang cukup tinggi ini justru sangat cocok dengan kondisi tumbuh tanaman Hydrangea atau dalam bahasa Jepang disebut dengan Ajisai (紫陽花). Hydrangea akan memanjakan mata kita dengan berbagai warna dan bentuknya saat tsuyu tiba.
Hydrangea adalah tanaman asli Jepang, namun pada jaman dahulu (era Meiji dan Taisho) tidak begitu populer seperti saat ini. Baru setelah Perang Dunia ke-2, hydrangea ini mencuri perhatian turis asing karena warnanya yang cerah dan bentuknya yang bervariasi. Ada banyat tempat terkenal yang bisa dikunjungi untuk melihat tanaman hydrangea, meskipun kita akan lebih sering menjumpainya sebagai hiasan dalam kolam air yang digunakan untuk mensucikan diri di depan jinja (shrine) atau otera (kuil).
Bunga hydrangea memiliki kelompak empat buah sering dianggap mengarah pada kematian. Bahasa jepang dari angka 4 adalah shi (四), dan kematian adalah shi (死). Pelafalan shi yang sama ini membuat angka 4 sering dikonotasikan dengan kematian.
Selain itu, saat tsuyu tiba, suhu berubah drastis sehingga banyak ditemukan orang sakit dan meninggal karena pada masa itu ilmu perawatan medis belum secanggih saat ini.