Meski tahu pesan tersebut tidak akan sampai, namun besar harapan dia akan langsung membacanya begitu tiba di daratan dan mendapat sinyal. Ah, keras banget ternyata realitas dalam menjalani hubungan jarak jauh alias LDR seperti ini. Apalagi, ketika harus berlayar mengarungi lautan luas. Rasanya, harus benar-benar berteman dengan sabar. Sebab selama bertolak dari titik keberangkatan menuju lokasi tujuan, tidak akan ada komunikasi sama sekali.
Padahal stok rindu sudah penuh, namun apa daya. Jangankan memberi kabar, menaklukkan ombak saja kadang dia kesusahan.
Bahkan pernah saat lebaran tiba, aku malah lost kontak dengannya. Jadwal pelayaran yang diperkirakan sekitar empat hingga depalan hari, mendadak jadi 11 hari. Waktu itu, katanya cuaca sedang buruk. Kapalnya nyaris karam. Kompas pun tak dapat diandalkan. Aku yang awalnya risau, marah dan kecewa karena lebaran tanpa nya -jangankan ketemu, kabarnya saja nggak ada- jadi merasa bersalah ketika dia bercerita lewat sambungan telepon pada H+2 Idul Fitri.
Yeps, pacaran sama pelaut itu perlu stok sabar yang banyak. Karena perjalanan cinta itu nggak ada yang mulus. Ada saja rintangannya. Apalagi kalau alam ikut berkonspirasi. Seperti susah sinyal, misalnya.