“Saya ingat Almarhum ibu pernah bilang jangan pernah bawa jajanan itu kalau berkendara di pedalaman jalan Kalimantan”.
Selain sang ibu, adik iparnya juga sudah mengingatkan agar tak usah membawa kue lupis karena pulangnya malam hari. Kalaupun mau dibawa agar dilemparkan sedikit kejalanan sambil mengucapkan, “Datuk kami berbagai kue, kami jangan diganggu,” ujarnya menirukan.
“Tapi suami saya tetap ngotot untuk membawanya dengan alasan tahayul dan belum ada buktinya. Walupun sedikit jengkel kue lupis itu akhirnya kita bawa juga,” katanya.
Nah disinilah kisah horor itu dimulai. Ceritanya saat itu ketika magrib ia dan keluarganya sudah memasuki sekitar Jembatan Pulang Pisau, jembatan sepanjang hampir 500 meter diatas Sungai Kahayan.
Saat berada di jembatan, sang istri merasa seperti ada orang yang menepuk lengannya sebanyak dua kali. Ia pun menoleh ke arah sang suami, tapi ternyata suaminya sedang mendengkur di bangku belakang.
Sang istri pun berhenti dan memutuskan untuk ‘membagi’ kue dan bergantian menyopir dengan suami adiknya. Namun justru saat tak menyopir inilah semakin banyak ‘penduduk alam lain’ yang datang menyapa dan seolah-olah ingin meminta jatah kue itu.
Kejadian ini terus menerus hingga memasuki jalan layang di Desa Tumbang Nusa, Kabupaten Pulang Pisau. Ia juga merasakan setelah sang suami gantian menyopir ternyata suaminya semakin ngebut dan saat ditegur suaminya mengatakan tidak ngebut.
Kejadian horor yang silih berganti itu kata dia berlangsung hampir dua jam selama perjalanan dari Kabupaten Pulang Pisau ke Palangka Raya. Saat masuk kota Palangka Raya barulah kondisi kembali normal.
“Dengan kejadian ini saya kapok dan tak mau lagi membawa jajanan seperti itu saat berkendara pada malam hari di jalan Trans Kalimantan,” katanya.
(Cerita di atas disadur dari kisah nyata tulisan Dhan di Kalteng Today).
Boleh percaya boleh tidak, namun cerita-cerita seperti di atas sering sekali saya jumpai. Entah itu saya baca dari internet, dari pengalaman seorang teman yang sedang bekerja di Kalimantan, dan juga beberapa kawan yang punya keluarga di sana.
Terlepas dari kisah horor tentang ketan, saya turut bangga jika ketan lupis diketahui juga sebagai makanan favorit penduduk alam lain. Itu artinya khas-nya kue lupis ini sudah melebihi go international dong ya. Hehe, becanda. Walaupun saya sendiri tidak akan berani juga jika menemui hal-hal mistis semacam itu di jalanan gara-gara ketan.
Sudah dulu ya cerita horornya, saya pengin banget nih pamer soal lupis ketan yang baru saja saya beli dari seorang teman kemarin.