Gue sangat bersyukur hidup di zaman sekarang di mana keran informasi dan pengetahuan mengalir deras terbuka melalui berbagai platform. In a way, kita jadi teredukasi, jadi belajar, jadi berpikir, dan mengundang pemikiran lebih jauh melalui pertanyaan semisal “Is marriage for everyone?” Lalu lanjut dengan pertanyaan, “Can we say no? But why does it sound compulsory?”
Masa-masa keemasan becanda ala “Menikah itu enaknya 10% doang. Sisanya uenak banget” sepertinya sudah kehilangan pamornya untuk digunakan sebagai flexing stage level hidup seseorang yang merasa sudah lebih tinggi daripada lawan bicaranya yang baik secara ngerti atau ga ngerti sebenarnya sedang gaslighting.
Walaupun begitu, di tengah maraknya topik perselingkuhan baik dalam cerita fiksi layar kaca maupun thread trending topik yang diedarkan berdasarkan kisah nyata, institusi suci ini tetap berada pada kedudukan yang berada jauh di pedestal sana. Tetap dikejar dan diinginkan banyak orang. Akan tetapi, apa benar enaknya hanya 10% dan sisanya uenak banget??