Someone messaged me last night when I was having a conference call. Sambil tetap mengikuti jalannya meeting, gue melirik ponsel dan membaca pesan itu. Seketika gue menjadi sangat terkejut namun tetap menahan ekspresi wajah gue yang tampak di layar laptop agar tidak mengganggu suasana rapat.
Pesan yang tertulis sangat straightforward, ga pakai ba bi bu. Walau kaget dan merasa agak offended, gue tetap santun membalasnya. But the thing is… perasaan yang hadir akibat pesan itu terus bergelayut sepanjang meeting berlangsung, bahkan hingga pergi tidur. Until I was reminded by the soft voice inside of me bahwa itu hanyalah pikiran, bukan kenyataan.
S.O.P kerja otak kita memang begitu, ia terus menghadirkan pikiran-pikiran. Menurut dr. Jiemi Ardian dalam bukunya “Merawat Luka Batin”, pikiran memberi persepsi dan nilai akan sesuatu yang kita alami. Dari situlah kemudian hadir perasaan tertentu karena pikiran telah meletakkan makna pada peristiwa tersebut. As a result, kita pun akan bereaksi dan bertindak sesuai dengan apa yang kita rasakan itu.