Halo hai teman-teman, semoga sehat selalu, ya. Jelang lebaran biasanya kita mulai pusing memikirkan kue atau kudapan apa yang bisa kita hidangkan untuk tamu.
Nah, di bugis ada kudapan yang setiap lebaran selalu ada dan hampir semua rumah menyediakannya. The one and only ‘kambang’.
Kambang dalam istilah Bugis merupakan makanan yang terbuat dari fermentasi ketan. Atau dalam bahasa Indonesia di sebut dengan tape.
Kambang dalam istilah budaya lain juga berbeda makna, maka aku perlu menjelaskan secara definisi terlebih dahulu sebagai pengantar.
Kambang dalam tradisi Bugis memiliki banyak mitos. Salah satunya misalnya, kalau perempuan sedang haid, pamali meragi tape.
Konon, kambang bisa gagal jadi. Tidak manis. Bahkan tidak enak.
Kalau di tarik ke dalam ilmu sains, barangkali berkaitan dengan kondisi perasaan perempuan yang sedang haid cenderung labil. Sehingga bisa saja dalam menuangkan takaran ada kemungkinan tidak tepat karena terbawa suasana mental yang sedang fluktuaktif dan menahan sakit reproduksi secara fisik.
Setelah ku pikir-pikir, kayaknya sih, memang begitu ya. Jadi mitos yang dapat dimaklumi dan dirasionalisasikan.
Ngomong-ngomong soal kambang, biasanya berbentuk bulat. Umumnya dibuat dari campuran ketan putih dan hitam yang dominan.
Biasanya kambang buatan mertuaku rasanya manis, berkuah, dan kuahnya berwarna ungu. Paling lezat dinikmati saat dingin. Hmm… Sedap…
