Menonton drakor bisa dimulai dari satu judul, lalu berlanjut hingga menjadi kebiasaan. Tanda kecanduan sering kali terlihat: begadang demi menuntaskan episode, hafal aktor dan info terbaru, takut ketinggalan tren (FOMO), produktivitas menurun, serta mood yang mudah terpengaruh.
Bagi yang memiliki bakat empathy kuat, keterikatan emosional terhadap cerita bisa semakin dalam, membuat sulit lepas. Drakor menjadi pelarian dari realitas, terutama saat menghadapi tekanan hidup. Semakin tenggelam dalam dunia fiksi, semakin sulit menghadapi kenyataan. Perasaan kosong muncul setelah drama selesai, memicu keinginan mencari tontonan baru tanpa henti.
Lalu, apakah menonton drakor benar-benar membantu? Ataukah justru memperburuk keadaan? Jika sudah mengganggu keseharian, bagaimana cara agar tidak semakin tenggelam? Saatnya bertanya pada diri sendiri: apakah drakor masih sekadar hiburan, atau sudah mengendalikan hidup? Jika waktu terasa habis hanya untuk menonton, apakah ada hal lain yang dikorbankan tanpa disadari?