fbpx

KESALAHAN POLA ASUH, CERMIN ABAINYA NEGARA MENYIAPKAN ORANGTUA DALAM MENDIDIK ANAK

27 March, 2023

Oleh: Nurul Rabiatu Adawiyah

   

    Anak adalah anugerah terindah dari Allah SWT yang harus di syukuri oleh para orangtua dan mejadi pelengkap ketika sudah berumah tangga, karena banyak pasangan yang sudah menikah tapi belum di karuniai anak rasanya tidak lengkap tanpa kehadiran buah hati. Bentuk rasa syukur itu adalah dengan mengasuhnya, menyayanginya, mendidiknya. Anak merupakan tanggung jawab orangtua yang harus di penuhi kebutuhannya, tanggung jawab itu meliputi tanggung jawab keimanan, materi, fisik, moral, akal, ilmu, kejiwaan dan sebagainya. Tanggung jawab inilah yang disebut sebagai pengasuhan dan tujuan dari pengasuhan itu sendiri agar anak memiliki akhlak yang baik, menjadi generasi yang tangguh  bukan generasi yang lemah. Karena memiliki generasi yang tangguh pun bermanfaat untuk masa depan ummat dan juga negara.

    Namun fakta yang sering kita lihat di negeri kita saat ini banyak sekali generasi menipis akhlak yang baik dan hal demikian tidak lepas dari tanggung jawab orangtua sebagai pendidik generasi, kesalahan pola asuh ini lah yang menjadi penyebab terciptanya generasi yang rusak. Mungkin kita bisa mengambil pelajaran dari salah satu kasus penganiayaan yang dilakukan oleh salah satu anak pejabat pajak yang dimana ia menganiaya seorang anak dari ketua GP Anshor.

 

Kasus ini sangat ramai di bicarakan di dunia maya sampai-sampai Asisten Deputi Bidang Pemenuhan Hak Anak atas Pengasuhan dan Lingkungan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA), Rohika Kurniadi Sari mengatakan saat ini masih banyak anak Indonesia yang mendapatkan pola pengasuhan tidak layak. 

 

Padahal, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 telah mengamanatkan bahwa setiap anak berhak mendapatkan pengasuhan yang layak dari orang tuanya. Menurut Rohika, pengasuhan yang tidak layak akan menimbulkan perasaan mudah tersinggung dan mudah putus asa bagi anak. (Kemenpppa.go.id, 02/04/22)

 

Disisi lain Menko Polhukam Mahfud Md menegaskan negara akan tetap menyeret Mario Dandy Satriyo (MDS), anak pejabat Ditjen Pajak Kemenkeu Rafael Alun Trisambodo ke pengadilan. Mario Dandy merupakan tersangka kasus penganiayaan terhadap David, putra dari salah satu pengurus pusat GP Anshor.

 

Mahfud mengaku tidak habis pikir ada anak pejabat pajak yang tega menganiaya seseorang hingga koma. Menurut Mahfud, orang tua Mario, yakni Rafael juga harus bertanggung jawab atas tindakan sang anak. (Krjogya.com, 24/02/23)

 

Salah satu hal yang dikaitkan dengan perilaku buruk anak adalah kesalahan pola asuh dalam keluarga. Hal ini dapat terjadi karena ketidak siapan dalam berperan sebagai orangtua.  Peran ini adalah satu keniscayaan, sehingga seharusnya menjadi bagian dalam kurikulum pendidikan dalam semua jenjang pendidikan.  Namun saat ini hal tersebut justru tidak di dapatkan dalam sistem pendidikan Indonesia. Kesadaran akan pentingnya  ilmu menjadi orang tua malah menjadi salah satu peluang bisnis dalam sistem kapitalisme.

 

Sistem kapitalisme adalah akar dari rusaknya generasi saat ini, sebuah sistem yang memisahkan antara agama dan kehidupan. Ketika agama dan kehidupan di pisahkan makan saat itulah terjadi kerusakan akhlaq, lahirnya generasi yang materialistik dan hedonis, banyak generasi terseret oleh berbagai arus budaya westernisasi, kemiskinan terus merajalela. Semua ini didominasi oleh sistem kapitalis yang masih di adopsi oleh global sampai saat ini. 

 

Jadi tidak heran umat muslim saat ini menjadi lemah karena hilangnya Islam dari dalam diri mereka sebagai aturan dalam kehidupan. Banyak sekali upaya yang di lakukan orang-orang barat dalam menghancurkan Islam, salah satunya adalah menggantikan aturan Islam dengan aturan sekularisme. Tidak sampai disitu barat pun masih terus merintangi kaum muslim melalui jalan pemikiran salah satunya adalah lewat kurikulum pendidikan. Ini merupakan penjajahan model baru yang dilakukan barat untuk menghalangi kebangkitan Islam.

 

Penjajahan model baru tidak mengharuskan membawa senjata atau mengirim ribuan tentara ke negeri jajahan tetapi cukup membawa modal besar dalam bentuk kertas seperti, dolar, euro, rupiah dsb. Apa fungsi kertas-kertas ini? Fungsinya untuk membeli segenap kekayaan yang ada, padahal kita tahu bahwa kertas-kertas tersebut tidak memiliki nilai sama sekali, karena uang kertas tersebut tidak dicetak dengan logam mulia yang digunakan sebagai penjaminan. 

 

Produk pendidikan era kapitalis tidak pernah menghasilkan manusia yang paham dengan tujuan hidup yang sebenarnya bahkan tidak tahu dengan apa yang harus dia kerjakan. Sebanyak apapun pakar yang ada baik S1,S2 maupun S3 tetap hanya akan menjadi sebagai “tukang” yang siap untuk dipekerjakan, kalau seperti ini modelnya maka sudah pasti bangsa ini mudah menjadi bangsa yang terjajah. Karena model pendidikan seperti itu hanya mengikuti arahan dari para kapitalis/penjajah saja.

 

Padahal tujuan pendidikan yang sebenarnya adalah membentuk kepribadian Islam serta membekali nya dengan berbagai ilmu dan pengetahuan yang berhubungan dengan kehidupan. Metode penyampaiab penalaran dirancang untuk menunjang tercapainya tujuan tersebut. Setiap metodologi penyampaian pelajaran seluruhnya disusun tanpa adanya penyimpangan sedikitpun dalam pendidikan dari asas tersebut

 

Islam memahami peran penting orang tua dalam mendidik generasi. Oleh karena itu Islam memiliki tuntunan bagaimana menjadi orang tua, tidak saja dalam menyiapkan anak untuk mengarungi kehidupan di dunia, namun juga agar selamat di akhirat.

 

Tuntunan tersebut akan diintegrasikan dalam sistem pendidikan mengingat setiap orang, laki-laki atau perempuan akan menjadi orang tua. Ini adalah bentuk tanggung jawab yang Islam bebankan kepada negara, karena Islam menyadari pentingnya generasi dalam membangun peradaban yang mulia.

 

Saat khilafah berdiri, pendidikan menjadi perhatian para khalifah (kepa negara khilafah). Ini tidak lain karena hal itu telah dicontohkan oleh Nabi SAW. Perhatian Nabi terhadap dunia pendidikan ini sangat besar. 

 

Tidak heran jika kemudian para khalifah membangun berbagai lembaga pendidikan mulai tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Tujuannya tidak lain adalah meningkatkan pemahaman umat terhadap agama, sains dan teknologi, dan semuanya gratis.

 

Selama masa kekhalifahan Islam itu, tercatat beberapa lembaga pendidikan Islam yang terus berkembang dari dulu hingga sekarang. Kendati beberapa di antaranya hanya tinggal nama, nama-nama lembaga pendidikan Islam itu pernah mengalami puncak kejayaan dan menjadi simbol kegemilangan peradaban Islam. 

 

Beberapa lembaga pendidikan itu, antara lain, Nizhamiyah (1067 -1401 M) di Baghdad, Al-Azhar (975 M-sekarang) di Mesir, al-Qarawiyyin (859 M-sekarang) di Fez, Maroko dan Sankore (989 M-sekarang) di Timbuktu, Mali, Afrika. 

 

Masing-masing lembaga ini memiliki sistem dan kurikulum pendidikan yang sangat maju ketika itu. Beberapa lembaga itu berhasil melahirkan tokoh-tokoh pemikir dan ilmuwan Muslim yang sangat disegani. Misalnya, al-Ghazali, Ibnu Ruysd, Ibnu Sina, Ibn Khaldun, Al-Farabi, al-Khawarizmi dan al-Firdausi.

 

Tidak hanya menerima murid kalangan warga negara sendiri, lembaga pendidikan Islam ini pun menerima para siswa dari Barat. Bahkan pemimpin tertinggi umat Katolik, Paus Sylvester II, turut menjadi saksi keunggulan Universitas Al-Qarawiyyin. Pasalnya, sebelum menjadi Paus, ia sempat menimba ilmu di salah satu universitas terkemuka di dunia saat itu.

 

Soal teknologi, pada abad ke-8 dan 9 M, kaum Muslim telah menemukan teknologi pertanian dan irigasi. Mereka mampu memproduksi gandum yang tiada taranya. Kecanggihan teknologi masa ini juga terlihat dari peninggalan-peninggalan sejarahnya. 

 

Seperti arsitektur Masjid Agung Cordoba, Blue Mosque di Konstantinopel, atau menara spiral di Samara yang dibangun oleh khalifah al-Mutawakkil, Istana al-Hamra (al-Hamra Qasr) yang dibangun di Seville Andalusia pada tahun 913 M. Sebuah Istana terindah yang dibangun di atas bukit yang menghadap ke kota Granada.

 

Di bidang kesehatan, khilafah mengenalkan konsep rumah sakit. Konsep ini belum pernah ada sebelumnya. Saat itu di Eropa, orang sakit diobati secara mistik. Rumah sakit pertama dibangun atas permintaan khalifah Al-Walid (705 M – 715 M). 

 

Pembangunan rumah sakit secara masif dilakukan pada era khalifah Harun ar-Rasyid (786-809 M). Setelah berdirinyarumah sakit Baghdad, di metropolis intelektual itu mulai bermunculan rumah sakit lainnya di seantero jazirah Arab. 

 

Di berbagai rumah sakit semua pasien dari agama apa pun dan suku manapun dan kelas ekonomi apapun mendapatkan pelayanan prima tanpa dipungut biaya. Tak ada pasien yang ditolak untuk dirawat dan berobat. Bangsal pasien laki-laki dipisah dari pasien perempuan.

Di bidang militer, para sarjana Islam menemukan dan mengembangkan bubuk mesiu serta senjata peledak mulai awal abad ke-12. Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad II, Kerajaan Usmani sudah mulai mengembangkan senjata meriam, paling mutakhir saat itu. 

 

Khilafah juga membangun galangan kapal untuk memproduksi kapal-kapal besar nan canggih sehingga mampu mengusai laut saat itu. Oleh sebab itu sudah seharusnya kita kembali kepada hukum Islam. Yaitu khilafah ala minhajin nubuwwah.

 

Wallahu a’lam bish shawwab

 

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
Nurul Rabiatul Adawiyah
Hallo...! Terimakasih telah membaca tulisan-tulisan teh nurul.. mohon kritik dan sarannya di kolom komentar yang bersifat membangun yah😊 Terimakasih.. Salam NRA

Halo, !

Categories

More than 3500 female bloggers registered

PT. PEREMPUAN DIGITAL INDONESIA
Cyber 2 Tower 11TH Floor JL HR Rasuna Said Jakarta Selatan

calendar-full
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram