Saya di Mata Orang Lain Dibandingkan dengan Kakak Satu-Satunya
Kakak saya satu-satunya, sudahlah dia
jadi PNS yang jabatannya bikin dia jadi lebih disegani dan dihomati.
Punya suami tentara pula, yang mana karir suaminya juga terus naik dan disegani banyak orang, terlebih keluarga besar.
Kakak saya juga punya 3 anak yang cantik, ganteng, tinggi besar, dan berkulit cerah.
Dan berbagai kelebihan yang kakak saya punyai, yang terlihat di mata umum orang awam.
Ditambah, sudah menjadi hal yang turun temurun ya, orang pasti akan membandingkan antar saudara, dan dalam kasus saya, tentu saja saya tak luput dari dibandingkan dengan kehidupan kakak saya tersebut.
Dalam pikiran kebanyakan orang, eh salah ding, semua orang keknya, hahahaha.
Kasian amat ya nasib si Rey ini.
Sudahlah dulu pintar, tapi nasibnya nggak sebagus nasib kakaknya.
Jadi ibu rumah tangga yang kerjaannya cuman berputar di masak, nyuci piring, nyuci baju, nyetrika, nyapu, ngepel, urus anak, mandiin anak, suapin anak, dan semacamnya.
Kebanyakan orang nggak tahu sih, kakak saya yang PNS juga masih melakukan hal itu dong, masih masak, masih nyuci meski berbagi tugas dengan suaminya, dan masih melakukan hal-hal yang dilakukan ibu terhadap rumah tangganya.
Tapi mungkin, orang lain kembali membandingkan kehidupan saya lebih dalam.
Si Rey, udahlah nggak punya gaji kayak kakaknya, memilih nikah dengan lelaki yang nggak punya kerjaan tetap dan mapan pulak, kayak suami kakaknya yang tentara, di mana udahlah punya gaji tetap, punya wibawa dan nama baik yang bikin keluarga mereka lebih dihormati banyak orang pula.
Si Rey, yang menikah dengan lelaki tak punya sisi mapan sama sekali, dengan penampilan yang juga tidak lebih tampan pula.
Apa sih yang dilihat si Rey dulunya?
Lalu, anak-anak si Rey juga biasa banget, nggak ada yang spesial.
Meski si Rey dan suaminya bongsor-bongsor, kedua anaknya punya tubuh yang standar aja, nggak terlihat tinggi besar kayak anak kakaknya si Rey.
Apalagi kalau ngomongin warna kulit, anak si Rey nggak ada tuh yang punya kulit cerah dan wajahnya tampan.
Sungguh, saya sudah kenyang perbandingan seperti itu.
Dan dari yang awalnya saya baper dan kesal, sampai di tahap, saya menanggapi dengan meniru bebek-bebek peliharaan saya dulu ketika masih di rumah mama.
Kweekkk…kweeeekkk… kweeekkk… cueeekkkkk….cuekkkkk… cueeekkk…
Hahahaha.
Namun, tetap aja ganjalan yang sulit hilang di hati saya, tiada lain dan tiada bukan, karena saya takut anak-anak saya mendengar dan baper dengan perkataan orang lain, yang membanding-bandingkan dengan saudara sepupunya tersebut.
Karena, meski anak-anak saya adalah darah daging saya, tetap mereka adalah sosok yang berbeda dari saya, tidak mungkin bisa sama plek ketiplek kayak maminya yang udah malas baper sama hal-hal yang nggak bikin saya rugi secara langsung.
Itu saja sih.
Padahal, saya juga sama suksesnya dengan kakak loh, selengkapnya
baca di sini ya 🙂
Baca Selengkapnya
Visit Blog