Bayangkan seekor kucing sebesar berang-berang, bicara dengan gaya profesor, dan gemar mandi busa. Ia bernama Crenshaw, dan kehadirannya yang ajaib bukanlah dongeng semata — melainkan cermin dari pergulatan seorang anak melawan rasa takut, lapar, dan rasa malu yang tak terucap.
Kalimat pembuka itu adalah suara Jackson, protagonis dalam Crenshaw, yang tiba-tiba dihadapkan pada kembalinya sosok teman lamanya: seekor kucing raksasa berkostum, bicara, dan… sangat menyukai bubble bath. Tapi Crenshaw bukan sekadar kucing ajaib. Ia adalah cermin dari pergulatan Jackson dan keluarganya melawan ketidakpastian, kemiskinan, dan rasa malu yang menggerogoti hati seorang anak.