Memang Tidak ada Lencana Untuk Ibu, Tetapi Menjadi Ibu Sungguh Istimewa

8 March, 2025

Dewasa ini banyak hal terjadi, seperti keengganan menikah dan memiliki anak. Fenomena marry is scary dan child free adalah ketakutan dari metode berpikir berlebihan atau istilah anak Gen Z over thinking.

Kekhawatiran yang berujung pada mom baby blues misalnya menjadi momok mengapa anak muda tak ingin menikah. Stres dan depresi mewarnai keseharian kaum ibu saat ini.

Tentu bukanlah tanpa alasan fenomena yang diaruskan kian menjamur. Maraknya sosial media menjadi pemicu gerakan anti berpasangan. Walhasil resesi seksual merangkak naik mewarnai neraca reproduksi manusia.

Selama ini kita selalu mendapati cerita singkat kaum ibu yang selalu bermunculan setiap saat. Terutama sebuah kabar tentang pertikaian, semua mata menyoroti, jarijemari mengetik meninggalkan jejak kata dan tertinggallah seuntai kalimat dukungan saling menguatkan.

Maklum kondisi ekonomi semakin hancur tak karuan dan perempuan jadi korban. Apalagi ibu yang saban hari memutar otak menakar nilai gizi seisi rumah.

Mengakali bagaimana caranya agar kebutuhan bisa selaras dengan kesehatan fisik, mental dan jiwa. Ah serumit itu hidup sebagai ibu.

Mau bekerja mengabaikan anak, tidak bekerja menjadi beban semata. Serba salah jadinya. Selalu disalahkan tidak dipandang keberadaannya begitu rotasi berita tanpa jeda menilai keberadaan ‘ibu’.

 

 

Tetapi, tanpa ibu apalah artinya hidup ini? Rasanya hidup seketika terhenti tak ada gairahnya. Hilang, hampa dan kecewa tanpa alasan untuk dijalani.

Aktivitas ibu dan Anak

Oleh karenanya peran ibu perlu mendapatkan perhatian yang bijaksana. Melahirkan, mengandung dan merawat sampai ajalnya menjelang tentulah persiapan komplit amat sangat dibutuhkan.

Emosi yang terkuras habis haruslah dibayar tuntas dengan generasi yang baik dan unggul untuk meneruskan kehidupan.

Siapapun mungkin pernah merasakan pada titik kekecewaan yang panjang. Apalagi setelah menjadi ibu. Namun, sesungguhnya dibalik peran istimewa ini ada sekeping hati yang tak bisa jauh.

Walau kita para ibu dituntut ini dan itu. Tidak ada yang memberikan edukasi bagaimana menjadi ibu yang siap mental dan jiwanya, kecuali memang diri sendiri mempersiapkannya untuk menyandang gelar ibu.

Kesiapan batin seorang ibu perlu diperhatikan. Karena pengaruh ini sangat berdampak besar, ibu bahagia dimulai dari rumah yang memberinya motivasi yang kuat.

Dukungan bisa saja datang dari luar, tapi dalam dirilah yang harus dikuatkan akan tumbuh generasi yang kuat pula.

Emosi yang terkuras berkepanjangan mempengaruhi mental dan jiwa raga sosok ibu. Tak peduli badai yang kerap kali menyelimuti harinya, bagi seorang ibu bagaimanapun situsi yang dilalui harus ditempuh dengan tegar dan kuat selalu.

Bukan semata-mata tanpa alasan, semua itu demi sebuah pentingnya keluarga yang dirawat dan dijaga sepanjang waktu. Sehingga untuk dukungan amat berarti baginya, hiruk-pikuk hari merenungi hal apa saja kadang absurd kadang juga tepat pada posisinya.

Senja dinikmati ibu dan anak

Berjuang begitula ibu setiap saat. Dibaliknya tak ada yang tahu menahu apa yang ia rasakan, sakit dan perihnya untuk dibagi. Rasanya tak pantas untuk mengungkit-ungkit kembali rasa itu.

Sabar dan ikhlas menjadi pelajaran yang langsung dirasakan. Sabar untuk penuh harap hanya kepada Allah SWT semata mendapat RidhoNya dan ikhlas akan balasan dariNya semata tanpa menuntut pamrih dari manusia.

Memang mengucapkan dua kalimat singkat di atas sederhana saja. Namun, dalam menghadapinya sungguh tak mudah.

Sesabar-sabar nya ibu, tetap tidak ada ibu yang sempurna. Seikhlas-ikhlasnya ibu tetap butuh sandaran lainnya untuk bertahan.

Wajar bila jika dasar untuk menjaga mentalitas ibu sangat diperlukan. Satu ibu yang sakit akan berdampak pada satu generasinya, maka perlu wanita yang akan memulai perannya harus dijaga kehormatan dan martabatnya.

Mengingat peran ibu begitu penting bagi generasi jangan sampai kebutuhan ruang hidup bagi calon ibu tidak diupayakan serius.

Hari ini dimana-mana segala keterbukaan informasi begitu deras mengalir maka perlu dengan bijak memposisikan peran ibu semestinya.

Misal, disuatu tempat terjadi kasus pembunuhan bayi oleh ibunya. Maka, ini juga akan membuat ibu-ibu lainnya merasakan keprihatinan dalam benak mereka.

Apakah salah ya selama ini mejadi ibu? Apakah ekonomi harus berkecukupan agar anak hidup selamat? Pertanyaan lainnya yang bisa-bisa menghantui mereka untuk terus bertumbuh.

Kompleksitas problematika dasar belum terjawab sepenuhnya. Ibu yang ideal dalam menghadapi situasi semacam ini harus dicarikan solusi. Beban ekonomi yang turut serta menyertainya perlu dituntaskan dengan selaras apakah menjadi tanggung jawabnya semata?

Jika melihat segala perjalanan panjang yang melibatkan peran ibu, kondisi demikian karena mau tidak mau dan suka tidak suka harus dijalani. Berarti sebetulnya, ada jalan lain untuk menuntaskan problem dasar itu. Meningkatkan taraf kehidupan ibu tanpa harus meninggalkan perannya. Caranya bagaimana? Perlu kita cermati, sementara bahwa posisi ini hanya bisa diwujudkan perorangan saja.

Selama ini tuntutan sosok ibukan memang  berkutat pada problem dasar yang belum ada solusi.

Itulah penyebab yang hari ini tidak terjawab masalahnya. Sudahlah menjadi ibu berat tanggung jawabnya ditambah ada beban ekonomi yang membuat hidupnya nelangsa.

Maka keistimewaan menjadi ibu harus tetap diupayakan. Apapun dan bagaimana kondisi hidup kita tetap hebat disegala situasi. Jangan menyerah pada keadaan, kekuatan ibu benar-benar bisa mengubah wajah dunia.

Einstein memiliki peran besar dan juga melakukan cita-cita besarnya berkat ibu. Nabi Isa hadir juga berkat ibu, Siti Hajar merawat anaknya karena perannya menjadi ibu. Banyak peristiwa besar karena ibu dengan segala kewajiban akan tanggung jawab besarnya. Hari ini berlapang dadalah untuk situasi yang membutuhkan peran besar itu.

Sejenak, renungkan kembali serangkaian apa yang hendak kita lakukan. Sebagai ibu yang menghadirkan kebaikan memang tidak ada lencana khusus bagi mereka yang terus mengupayakan. Justru menyelamatkan kehidupan ini adalah menjaga pikiran dengan jernih dan hati yang luas. Benar realitas sangat tidak adil memosisikan peran ibu.

Tak apa balasannya hanyalah untaian sepenggal terimakasih. Tapi, menyelamatkan generasi dari ketidak adilan hari ini sungguh balasan yang setimpal.

Kita hanya memainkan peran hingga menang. Tak peduli orang lain melihatnya ataupun tidak, perjuangan adalah identitas diri yang tidak sia-sia.

Bulan mulia ini menjadi saksi bagi siapapun yang menjadi dan calon ibu. Bahwa keberadaannya berharga dan istimewa. Merindukan masakan buatan ibu, menginginkan belaian ibu dan meraih mimpi-mimpi kita dengan doa sebagai ibu.

Sungguh istimewa. Selama ocehan dan omelannya mewarnai pagi kita itu artinya dunia baik-baik saja. Masih ada kepedulian yang memiliki makna tak akan terganti sepanjang masa.

 

Jangan menyerah dengan identitas ini. Perjuangan menjadi istimewa jika kita hadapi. Berdiam bukan untuk menepis ego yang ringkih menjalani aktivitas harian menjadi ibu.

Keistimewaan menjadi ibu berkat perjuangan panjangnya, jika label itu sirna maka sirnalah keistimewaan ibu. Tidak ada jalan lain untuk kokoh berdiri. Semua ada balasannya, cepat dan melambatnya waktu tanpa keberadaan ibu sungguh tak akan sanggup dihadapi. Perannya tak akan terganti dengan apapun di dunia ini.

Maka semoga Allah selalu menganugerahkan kekuatan itu agar kita menyanggupinya. Ibu, I Love You.

 

1 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Istiqomah Asturlabi
Merajut keinginan sederhana

Halo, !

Categories

More than 3500 female bloggers registered

PT. PEREMPUAN DIGITAL INDONESIA
Cyber 2 Tower 11TH Floor JL HR Rasuna Said Jakarta Selatan

calendar-full
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram