“Apa sih sebenarnya alasan Ka Acha resign dari kantor?” Waktu tak bisa kembali. Sesederhana itu saja.
Saya menikmati masa kecil yang bahagia dari Mama saya yang sibuk bekerja. Selalu, setiap selepas adzan Ashar, saya sudah bersemangat menunggu kepulangan Mama saya dari kantornya, di teras rumah. Ada kebahagiaan tersendiri bagi saya, bisa membukakan pintu dan menyambut kepulangan Mama setelah ditinggal oleh beliau, hampir seharian.
Tugas Mama untuk melayani setiap keluhan dari pasiennya sejak pagi hari hingga sore hari, dan berulang selama lima – kadang enam hari – dalam seminggu, rasanya perlu saya apresiasi dengan sekadar senyuman manis saya, di kala menjelang senja. Demikian pikiran dan polah ala masa anak-anak saya, dulu.
Begitulah. Waktu tak bisa kembali, bukan?