Saya baru benar-benar tertarik dengan si boterkoek ketika menghadiri majelis ilmu khusus muslimah di rumah seorang tetangga. Saat itu, sang tuan rumah menyuguhkan boterkoek untuk kami.
Itulah pertama kalinya saya mencicipi kue bernama boterkoek. Kue ini seperti apa ya menjelaskannya — kering di tekstur, namun terasa lembut-lumer di lidah. Padat, tapi beremah. Beremah, tapi lembut.
Bukan deskripsi yang bagus, saya tahu. Namun begitulah yang saya rasakan. Sungguh pengalaman rasa yang menyenangkan dalam menikmati lemaknya elemen lemak, yang mana dalam hal ini lemaknya berupa margarin. Cuma pakai margarin saja sudah terasa luar biasa, apalagi kalau pakai mentega, mungkin ya.
Satu potong kue boterkoek seukuran kotak kecil saja sudah tercium aroma harum khas margarin dan khas bolu
Memegang satu potong kue ini hanya dengan dua atau tiga jari tangan pun tetap terasa kelembutannya di jari.
Setelah gigitan pertama, aroma margarin berpindah ke lidah, disertai manis bercampur gurih. Mengunyah kue boterkoek ini serasa sedang dimanjakan dengan kemewahan, efek dari kelembutan teksturnya, ditambah sensasi lumer dari ‘badan’ kue yang padat dan beremah.
Lumayan terkejut rasanya begitu mendengar bahwa untuk membuat kue tersebut hanya memerlukan satu butir telur saja!