Berani tidak disukai merupakan kebalikan dari pembelajaran yang setiap orang tanamkan kepada kita. Sebab dibanding berani tidak disukai, mayoritas masyarakat memilih menjadi pribadi yang disukai. Prinsip tersebut sudah tertanam di diri kita sejak lama, bahkan mungkin saja sejak anak-anak sekalipun kita sudah diajarkan untuk menjadi pribadi yang baik dan menyenangkan agar disukai banyak orang.
Padahal tidak selamanya kita menjadi baik dan selalu berbuat baik. Manusia pada umumnya memiliki sikap positif dan negatif. Dan manusia lainnya kerap hanya memandang sisi positif yang baik dipandangannya sendiri. Jika menurutnya tak benar, tanpa sadar ia menyampaikan kritikan atau menjudge orang selayaknya ia lah yang menjadi pemegang kehidupan baik orang lain.
Tentu saja hal tersebut tidaklah benar. Sebab tidak ada pembenaran untuk seseorang yang selalu ikut campur dengan urusan orang lain demi dalih kebaikan atau kebenaran.
Lagipula menjadi baik untuk orang lain juga tak terasa menyenangkan. Kebahagiaan yang harusnya kita raih ternyata tak pernah kita genggam akibat hanya mengikuti kemauan orang lain ataupun mengikuti standar kehidupan bahagia orang lain semata.
Oleh karena itulah kita harus berani menjadi pribadi yang tidak disukai agar kita memiliki prinsip sendiri atas kehidupan diri sendiri. Sebab tak selamanya kita hanya menyenangkan orang lain dan melakukan sesuatu atas dasar ‘itulah yang baik’ , ‘itulah yang harus dilakukan’. Bahkan terkadang apapun yang terbaik itu bersifat abu-abu. Bukan hanya hitam dan putih saja atau bahkan bukan hanya harus dan seharusnya. Masih ada mungkin atau kemungkinan dan juga masih ada warna abu-abu yang berada di tengah-tengah.
Jadi, bagaimana menjadi seseorang yang berani untuk tidak disukai? Dan sebenarnya apa maksudnya menjadi pribadi yang berani tidak disukai?
Jika Anda bertanya-tanya mari selesaikan bacaan ini.