Era teknologi informasi seperti pedang bermata dua, disatu sisi kita terbantu dengan kemudahan akses informasi dalam satu genggaman, disisi lain riuhnya informasi yang bertebaran dimana-mana membuat kita kesulitan untuk menyaring mana yang perlu kita ambil dan abaikan.
Berbagai macam platform tersaji tidak hanya untuk muda-mudi, tetapi bagi siapa saja yang haus akan eksistensi. Tidak ada parameter yang jelas akan nilai sebuah informasi, semua dilahap dengan cepat dengan bermodalkan viral. Akibatnya, setiap orang berlomba-lomba menebar konten apapun asal bisa menaiki tangga paling atas kepopuleran.
Semakin ramai, semakin baik. Tak peduli seberapa besar nilai yang diberikan dari sebuah konten, babat habis saja asalkan banyak yang menonton meskipun mungkin isinya tak bermakna.
Alih-alih memilah informasi, konten viral justru menjadi sebuah standar kehidupan baru. Standar baru ini makin memperkaya tuntutan sosial yang beredar di masyarakat. Contohnya seperti membeli barang branded hanya untuk mengikuti tren, berlomba-lomba menciptakan kehidupan ‘ideal’ di sosial media agar terlihat sempurna, padahal mungkin dalam kehidupan nyata ya biasa saja.