The Lord of the Rings: The Rings of Power, serial prekuel mahakarya Amazon Prime Video, hadir dengan ambisi yang tak main-main: menghidupkan kembali dunia Middle-earth di Zaman Kedua, era yang hanya tersirat dalam appendices buku Tolkien. Dengan anggaran fantastis dan ekspektasi penggemar yang membumbung tinggi, serial ini berusaha "merajut takdir" antara kesetiaan pada warisan Tolkien dan kebebasan kreatif untuk mengisi celah-celah mitos yang belum terjamah. Tapi apakah ia berhasil menjadi jembatan antara legenda dan generasi baru penonton?
Salah satu pencapaian terbesar The Rings of Power adalah kemampuannya menghidupkan Middle-earth dengan visual yang memukau. Dari kemegahan Númenor yang berkilauan di bawah matahari hingga kegelapan Khazad-dûm yang belum terjamah balrog, setiap frame dipenuhi detail yang memancarkan cinta pada dunia Tolkien.