Perjalanan mudik di tahun 2024 seperti sebelumnya, kami rencanakan setelah idul Fitri. Mungkin beberapa hari setelah hari raya. Mudik yang kami lakukan sedikit berbeda dari kebanyakan orang yang biasanya mudik sebelum lebaran.
Salah satu alasan kenapa kamu mudik setelah lebaran karena pekerjaan suami yang memang liburnya setelah lebaran, dan prinsip kami kalau mudik mesti bareng – bareng sama anak juga, jadi tidak ada yang mudik duluan.
Dari Konawe ke Pelabuhan Kolaka
Perjalanan kami dimulai dari Konawe, naik mobil sewa ke pelabuhan Kolaka ditempuh sekitar dua jam perjalanan. Jadi kalau kami berangkat pukul 08.00 sekitar pukul 10.00 sudah tiba di pelabuhan feri Kolaka.
Dalam sehari ada 3 kapal yang menyebrang ke Pelabuhan Bajoe, Bone. Waktunya yaitu, pagi pukul 10.00, siang pukul 13.00 dan sore pukul 16.00. Walaupun sudah ada jadwalnya tetapi lebih kadang molor dari waktu yang sudah ditentukan. Kadang faktor air laut yang surut atau hal teknis lainnya.
Saat-saat mudik merupakan waktu dimana kapal biasanya sesak oleh penumpang. Baik penumpang berupa orang maupun kendaraan dengan berbagai jenisnya.
Untuk naik kapal kita perlu membeli tiket, harga per tiket untuk penumpang dewasa sekitar Rp 114.400 ribu per orang dan Rp 11.300, untuk bayi. Di pelabuhan, tiket tidak bisa dibayar langsung secara tunai, tetapi dilakukan secara nontunai dengan menggunakan kartu elektronik, virtual account, dan dompet digital. Kalau ada penumpang yang tidak memiliki alat pembayaran non tunai tersebut, akan dibantu melalui agen yang ada di pelabuhan tersebut.
Sebagian penumpang ada juga yang membeli tiket lewat calo. Mungkin tidak mau ribet jadi serahkan saja sama calo, tinggal serahkan KTP dan uang nanti tinggal naik kapal.
Di pelabuhan sampai ke kapal
Untuk sampai ke kapal kami naik angkot beserta barang bawaan. Angkotnya juga dibayar dihitung per orang, untuk tarifnya saya lupa hihi, untuk urusan ini, full diurus oleh suami.
Begitu turun dari angkot, akan ada buruh yang menawarkan jasa ngangkat-ngangkat barang, bagian ini juga perlu bayar lagi. Setelah sampai di kapal untuk memasukkan barang di bagasi kapal juga harus bayar.
Ruangan yang ada di kapal
Nah, ketika naik ke atas di bagian penumpang akan ada pilihan ruangan. Bagi yang mau duduk di kelas ekonomi tarifnya tentu saja murah tapi tidak ber AC. Kursinya juga biasa saja dan berdempetan banyak orang. Kalau mau lesehan biasanya ada karpet dari anyaman daun lontar yang disewakan.
Ruangan selanjutnya ruangan VIP, nah disini ruangannya ber AC kursi duduknya juga berupa sofa sederhana yang lebih nyaman diduduki. Kalau mau istirahat sambil rebahan ada kasur busa yang disediakan, hanya saja sewanya agak lebih tinggi dari sewa sofa. Penumpang yang ada di ruangan ini tidak seramai di kelas ekonomi.
Dan terakhir jika ingin lebih privasi lagi, bisa sewa kamar awak kapal, tarifnya mulai dari 300 ribu per kamar. Kamarnya sudah ber AC jadi tidak khawatir kepanasan. Biasanya disewakan lewat calo, makanya harganya kadang lebih tinggi, kami pernah nanya ke awak kapal jika ada kamar kosong kami mau sewa, agar anak-anak lebih nyaman istirahat. Menurut awak kapalnya nanti saja kalau kapal sudah jalan, jadi sewanya tidak lewat calo, langsung ke awak kapalnya jadi bisa lebih murah.
Akhirnya sampai di kampung halaman
Berlayar selama kurang lebih 8 jam, sampailah kami di pelabuhan Bajoe. Di sana sudah ada keluarga yang menjemput. Dari pelabuhan ke kampung halaman, perjalanan sekitar 1,5 jam baru sampai di rumah orang tua tercinta.