Seseorang mengetuk pintu ruangan gue. Tanpa berpaling dari komputer, gue mempersilakan orang tersebut masuk. Pintu terdengar dibuka, namun gue tetap asyik mengamati data di layar komputer. Selang beberapa detik, keadaan sepi. Tidak ada orang yang berdiri atau duduk di hadapan gue dan mengutarakan maksud kedatangannya sebagaimana yang biasa dilakukan rekan kerja gue. Menyadari hal itu, gue pun mengalihkan pandangan ke arah pintu.
Pintu terbuka sedikit. Sebentuk kepala nongol di sana seakan terjepit, meninggalkan siluet tubuh yang terbentuk di balik pintu berbahan kaca yang dilapisi stiker ornamen karya artistik bos gue. Sosok kepala dengan wajah tanpa ekspresi itu sangat familiar di mata gue. Gue auto tersenyum dan seketika ceria setelah sepagian berkutat dengan pekerjaan. Gue tinggalkan data di depan komputer, lalu menghampiri dan menyambutnya.
Mari kita sebut sosok itu Jo. Jo is one of my greatest buddies. Ia pernah menjadi part-timer di kantor kami sebelum akhirnya mendirikan start-up company di bidang IT bersama temannya. Semenjak itulah gue jarang bertemu Jo.