Dalam rangka balik ke rumah ortu dan bongkar-bongkar barang kenangan, jadi teringat ada beberapa hal yang seru banget buat anak 90an :
1. Baca Majalah dan Komik
Ayah dan ibu saya sangat gemar membaca. Untuk meningkatkan minat membaca, kami berlangganan tabloid Nova dan sering dibelikan majalah Bobo. Setelah remaja adik saya sempat lama berlangganan majalah Gadis, sementara saya berlanjut hingga tahun 2010an membaca ‘kakaknya’ Majalah Cita Cinta. Seru, saya sampai ikutan gathering nya di Semarang dan masih berteman dengan beberapa membernya di sosial media hingga saat ini.
Sedihnya sekarang koran, tabloid dan majalah banyak yang sudah berenti dari bentuk cetak dan beralih ke versi digital. Padahal baca karya cetak fisik ini sensasinya beda, di antaranya :
Kita harus menunggu edisi terbaru, entah seminggu sekali, 10 harian (Gadis), Dua Mingguan (Cita-Cinta) atau bahkan bulanan atau triwulan
Bisa dapat update berita dan kabar dari mancanegara, karena saat itu internet belum semasif sekarang. Apalagi tentang acara serial televisi barat yang saya ikuti. Rasanya seneng banget.
Artikel, gambar / foto atau informasi yang menarik bisa digunting untuk di kliping atau dipajang sebagai poster untuk di kamar
Majalah sering memberi bonus yang bermanfaat, mulai dari kalender hingga saya punya tali skipping bonus dari majalah olahraga
Bisa jadi bahan scrapbook
Bekasnya bisa dijual ke tukang loak Hoahahaha
Kalau komik, Inget banget, dulu setiap ayah dinas ke Jakarta, koper ayah yang tadinya kosong penuh berisi buku-buku. Saya tak kan pernah lupa perasaan bahagia kala menyusun buku-buku tersebut sambil membuka plastiknya nya satu demi satu. Yang lucu sebenarnya saya atau adik tidak pernah me-request judul komiknya. Ayahlah yang pertama kali membelikan komik Doraemon dan beberapa judul serial cewek, Selanjutnya tinggal beli nomor berikutnya di toko buku di kota kami atau menunggu ayah dinas lagi.
2. Menulis dan Bertukar Diary
Saling bertukar mengisi diary yang lucu-lucu dengan aneka karakter kesukaan adalah salah satu hal yang awalnya saya anggap aneh. Bagi saya yang saat itu masih kelas satu dan super polos, diary ya tempat kita curhat, lalu disimpan karena malu kalau dibaca orang lain. Ternyata teman-teman mengajak saling bertukar dan mengisi biodata, moto hidup plus kesan dan pesan. Dahsyatnya ada juga yang mengajak bertukar foto! Bikin bingung gimana menjelaskan kepada orang tua kalau saya butuh foto dari album untuk diserahkan ke teman. Eh, teryata saya masih punya diari dengan foto teman-teman itu. Covernya Jurassic Park. Film yang memang baru diluncurkan dan banyak fansnya.
nostalgia 90an
Diary-diary yang masih tersimpan, ada juga yang hilang karena kami sempat pindah
3. Koleksi Perangko / Sticker / Penghapus / Poster
Anak 90'an itu hampir segala macam printilan kecil dikoleksi. Saya koleksi perangko, melanjutkan warisan dari ayah, adik saya koleksi penghapus dan sticker. Ada juga yang suka memajang poster di kamar.
nostalgia 90an
koleksi pembatas buku, asalnya dari bonus majalah, DIY bahkan ada tag pembelian baju / boneka
4. Ngumpulin Bonus Snack / Resto Ayam Goreng
Anak tahun 90’an pasti inget kalau dulu resto ayam goreng tepung siap saji berlomba-lomba memberikan bonus mainan di paket makanan anak. Tidak hanya KFC dan McD. Dulu yang sangat booming justru yang diberikan oleh Texas Chicken. Saya inget ada suatu masa hampir sekelas menggunakan botol minum dengan bentuk menyerupai Power Rangers (jadi ada enam rangers yaitu Pink, Kuning, Hitam, Merah, Hijau, Biru dan Putih). Rasanya senang sekali bisa barengan dengan teman. Lagipula orangtua yang memang rata-rata cukup puas membelikan paket terebut karena bonusnya memang worth it, kualitasnya sangat baik dan tahan dipakai bertahun-tahun. Saya masih punya kotak makan X-Men dan tempat pensil dari resto ayam goreng yang sama.
Selain bonus dari majalah, snack pun sering memberikan freebies mainan. Kualitasnya pun lumayan. Saya masih menyimpan beberapa diantarnya hingga sekarang dan masih bagus.
notalgia 90an
Ada yang masih inget Tazos??
nostalgia 90an
ini pembandingnya, bonus dari snack tahun 2010 keatas
5. Koleksi Kertas Surat dan Binder
Kertas surat ini hanya tinggal sebagian karena saya sering pakai untuk berkirim surat dengan sahabat pena. Ada juga binder bergambar aneka tokoh kartun favorit. Biasanya kalau beli satu plastik jumlahnya banyak, tetapi agar koleksi jadi bervariasi, kita bisa tukar menukar dengan teman.
nostalgia 90an
6. Dengerin Radio, Kaset dan Nonton Laser Disc / VCD
Radio masih jaya di era 90an. Saya masih mengalami masa berkirim ucapan selamat ulang tahun dan lagu lewat radio. Memori sepanjang perjalanan menuju sekolah sambil mendengarkan lagu dari radio atau pemutar kaset di mobil adalah salah satu kenangan yang membahagiakan bagi saya. Ohya pas kelas dua SMA, saya baru punya walkman sendiri, jadi biasanya saya mendengar radio dan kaset di player yang menjadi satu dengan VCD player juga.
Toko kaset dan Compact Disc (CD) atau VCD juga tempat yang menjadi incaran kala pergi ke mall. Ga selalu harus beli baru. Di beberapa kota besar kita bisa coba putar dan dengar dulu atau cari referensi buat request di radio.
Nonton film layar lebarpun bisa dilakukan di rumah dengan memiliki perangkat Video Home Sistem (VHS), Laser Disc atau VCD. di tahun 90an VHS sudah mulai ditinggalkan dengan kehadiran Laser Disc dan disusul VCD. Ukuran Laser Disc piringannya lebih lebar, sementara diameter CD lebih kecil. Harga yang orignal lumayan mahal, tetapi ada banyak sekali penjual VCD bajakkan bahkan hingga ke kaki lima. Pilihan lainnya adalah merental kepingan VCD di peminjaman VCD, dua yang terkenal adalah Odiva aatau Video Ezy.
Baca juga : Review Beauty and the Beast
7. Main Sepeda atau In Line Skate / Sepatu Roda
Sampai sekarang sepeda tetap jadi permainan bahkan cabang olahraga yang digemari ya. Tapi rasanya zaman 90an sepeda lebih diminati. Selain banyak yang memanfaatkan untuk sarana berangkat ke sekolah, mungkin karena minimnya pengaruh gawai, anak-anak lebih senang main di luar dan bersepeda.
Ohya, Ibu saya pun di medio 90an terkadang masih bersepeda lho. Jadi kita sering main ke rumah kerabat yang agak dekat dengan bersepeda bersama. Orang dewasa lain pun lumrah masih bersepeda kemana-mana, mungkin karena harga kendaraan bermotor dianggap masih sulit digapai.
Kalau sepatu roda, saya ga sampai terampil banget sih, karena orang tua melarang keras jadi jelas tidak mau membelikan kami. Tapi ada masanya saya suka main sepatu roda milik tetangga. Modelnya agak beda dengan in line skate yang rodanya segaris. Sepatu roda zaman 90an terdiri atas empat roda, dua di depan, dua dibelakang. Untuk memakainya kita harus pakai sepatu lainnya terlebih dahulu, barulah kemudian dipasangkan sepatu rodanya. Semoga terbayang lah ya, karena saya tidak punya fotonya.
8. Main Game Konsol
Ada dua macam game konsol yang sangat terkenal di zaman kecil saya. Gamewatch atau yang lumrah disebut gimbot dan game yang dipasangkan di televisi. Gimbot ini lazimnya permainannya Tetris dengan layar yang masih hitam putih. Ada juga eranya main Tamagotchi yang ukurannya lebih kecil seukuran telur bebek (apa angsa?). Permainan ini mengurus hewan peliharaan virtual dari telur hingga agak dewasa. Layaknya permainan simulasi, kita harus benar-benar mengurusi dari memberi makan, memandikan dan membersihkan kotoran sampai mengajarinya. Karena asli Jepang, harganya lumayan mahal, jadilah kami harus menabung dan cukup puas punya satu saja.
Untuk game yang harus dipasangkan di televisi, yang ngehits misalnya Atari, Nintendo, SEGA, SPICA dan puncaknya kemunculan Sony Playstation 1. Inget banget, teman-teman sekolah yang lelaki berbondong-bondong bilang ke orang tua masing-masing kalau ingin segera di sunat dengan harapan dapat hadiah atau dibelikan PS Hoahahaa
Saya dan adik ga dibeliin PS karena kami meras sudah cukup puas dengan Micro Genius IQ-1000. Satu kaset bawaan bisa memuat 64 sampai ribuan game. Isinya Mario Bross, Tennis, Pacman, Bomberman, duh apalagi ya? Lupa.
Kaset tambahannya pun tidak terlalu banyak karena harus membeli dengan uang jajan sendiri yang ditabung bareng adik. Harganya lumayan per kaset Rp 50.000-. Sampai hari ini pun saya masih berdebar mengigat perasaan excited kala pulang dari mall sambil membawa satu kaset game Aladdin. Sebenarnya ini adalah kaset Spica tapi bisa dipasang dengan penyambung / cartridge tambahan jadi bisa dimainkan juga.
Ohya kadang saya tukeran kaset diam-diam dengan teman sebangku (cowok) yang punya Spica juga. Lumayan saya jadi bisa main Tekken atau Street Fighter 2 dan jadi Chun Li Hoahaha
9. Manjat Pohon dan Permainan Tradisional Rakyat
Wuih, kalau main dengan teman "sekampung" pasti ga jauh-jauh dari kegiatan manjat pohon. Ga mesti saat musim buah, kayaknya anak zaman dulu merasa keren aja gitu pas nongki di atas pohon. Sejujurnya kemampuan memanjat saya biasa saja, tapi saya suka sekali ketinggian. Lumayan, minimal skillnya masih terpakai hingga kini saya masih bisa lah ganti bohlam lampu dan buka pasang gorden sendiri tanpa bantuan.
Kalau main permainan tradisional biasanya bareng teman sekolah. Seru banget kita mainnya campur cowok-cewek mulai dari main Kasti, Lompat Tali, Gobak Sodor (kalau di Pekanbaru namanya CakBur), Engklek (Setatak) sampai bola bekel dan congklak. Iya, dulu sekolah dasar saya anaknya ga hanya pinter secara akademis, antimisoginis juga. Yang cowok ga malu dan jago-jago banget main permainan yang sebenarnya masuk kategori permainan cewek sementara yang cewek juga super tangguh buat beat up cowok bahkan di adu lari sekalipun.
Sayangnya sekarang sudah mulai punah, permainan tradisional bahkan harus diperkenalkan pada anak-anak melalui program P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila) dalam Kurikulum Merdeka. Keponakan cewek sampai harus di briefing dulu sebelum belajar di TK-nya.
10. Main Petasan dan Kembang Api di Bulan Ramadan
Ini salah satu momen yang paling berkesan di bulan Ramadan. Selepas tarawih anak-anak akan berkumpul untuk bermain kembang api dan petasan.
Sayangnya saat ini anak-anak bermain petasan dengan semakin tidak tahu waktu. Kadang mereka berani bermain saat shalat Tarawih berjamaah masih berlangsung. Bahkan ada yang berani bermain hingga dini hari. Alhasil semakin banyak yang mengumandangkan bahaya main petasan.
❤❤❤❤❤
Menuliskannya kembali membuat saya bersyukur Alhamdulilah ala kulli hal, masa kecil saya sangat bahagia. Sebenarnya ada banyak hal seru lain dari era 90an, misalnya gaya pakaiannya yang gombrong, gaya bahasa gaulnya yang lucu dan kegiatan yang dianggap anak-anak tetap seru semacam ikut les pelajaran / hobby atau pergi ngaji ke TPQ.
Btw, kalau masih ingin bernostalgia, ada yang pernah saya ulas juga sebelumnya dari nonton sinetron, kartun, telenovela sampai rasa mie instan kesukaan saya dari tahun 90an.