Assalamu’alaykum Diaris.
Dulu aku heran kenapa Mama suka melamun setiap mau belanja ke pasar. Kalau ditanya kenapa, katanya sih bingung mau beli apa, bingung mau masak apa. Apalagi saat bulan Ramadan tiba, makin sering deh tuh melamun karena bingung nanti buka dan sahur masak apa. Aku jadi ikut bingung juga, apa memang masalah perdapuran tuh serumit itu.
Lucunya lagi pernah suatu hari Mama bilang katanya nanti mau masak A untuk buka, eh pas waktunya buka puasa aku sama sekali nggak lihat si A itu ada di meja makan, wakakak. Hal yang sama pun tak jarang terjadi saat makan sahur. Memang ya urusan dapur tuh nggak bisa disepelekan.
Nah sekarang setelah menjadi seorang ibu satu anak, aku pun merasakan keresahan dalam urusan perdapuran, sama seperti yang dulu Mama rasakan. Aku pun kadang bengong dulu sebelum pergi belanja sayur, membuat list apa saja yang akan kubeli untuk menu beberapa hari ke depan supaya nggak planga-plongo di tukang sayur nanti.
Sebenarnya bagiku nggak ada bedanya sih antara belanja stok bahan masakan hari-hari biasa dengan hari-hari di bulan Ramadan. Apalagi untuk makanan berbuka, nggak terlalu bingung karena yang namanya setelah seharian puasa, pastilah ada yang namanya lapar. Kalau lapar biasanya menu makanan apapun dimakan, hehehe. Jadinya nggak pusing harus masak apa, kadang juga beli sih kalau lagi repot sama balita.
Sama halnya ketika sahur, aku dan suami bukan tipe orang yang pilih-pilih dalam hal makanan. Aku membudayakan makan sayur bening saat sahur seperti yang sudah dibiasakan oleh Mama dulu, suami juga sama, dia nggak ribet, apapun yang dihidangkan pasti dimakannya dengan lahap. Hanya saja aku suka bingung mencari teman untuk si sayur bening.
Aku pilih-pilih menu yang praktis untuk sahur karena keterbatasan waktu memasak, misalnya telur dadar, perkedel kentang yang adonannya sudah kubuat dari sejak sore, pas sahur tinggal menggoreng saja, atau kadang suamiku suka inisiatif stok nugget di freezer. Tapi, ngeri juga sih kalau terlalu sering makan nugget kemasan dengan tinggi garam, gula, dan bahan-bahan pengawet lainnya, ditambah lagi anakku yang masih balita selalu ingin ikut mencoba makanan orang tuanya.
Akhirnya kuputuskan untuk membuat nugget sendiri yang kurasa aman dikonsumsi oleh manusia dari usia satu tahun ke atas, hehehe. Kebetulan waktu itu H min 1 Ramadan aku berniat pergi ke swalayan untuk belanja beberapa buah-buahan bekal puasa, bisa sekalian belanja bahan-bahan untuk nugget juga.