Pasar Senen Itu Macet, Ruwet, dan Banyak Copet
Setiap kali mengingat Pasar Senen, saya langsung membayangkan kemacetan, keruwetan, dan banyak copet. Makanya, gak langsung mengiyakan permintaan Nai.
Saya udah tau sejak lama kalau di Pasar Senen itu tempatnya penjual baju bekas. Mamah yang suka belanja di sana kalau lagi nemenin papah ngebenerin mobil di bengkel langganan. Tetapi, biasanya yang mamah beli itu karpet, bed cover, atau aksesoris rumah lainnya. Kondisinya masih pada bagus meskipun bekas. Dan model yang mamah beli banyak yang vintage.
Saya pun googling lagi untuk memastikan lokasinya. Ternyata, di sana ada beberapa lokasi penjualan baju bekas. Tetapi, yang paling bagus ada di Pasar Senen Blok III.
Kami bertiga, minus Keke, memilih naik TransJakarta. Males banget ke Pasar Senen naik kendaraan pribadi atau taksi. Udah kebayang deh kemacetan sepanjang jalan Salemba hingga Pasar Senen. Makanya kami memilih naik TransJakarta.
“Bu! Tasnya dikedepanin!”
Tiba-tiba, ada seorang ibu mepetin dari sebelah kiri dan meminta saya untuk memindahkan tas ransel ke depan. Setelah saya pindahkan, ibu itu cerita kalau tadi ada seorang pemuda yang berusaha mendekati saya seperti ingin mencopet. Tetapi, karena ibu tersebut memanggil saya, maka pencopetnya langsung ngacir.
Saya segera memeriksa tas. Alhamdulillah isinya aman. Begitupun dengan kondisi tas. Tidak ada bekas siletan yang katanya suka menjadi salah satu cara untuk mencopet.
“Lain kali hati-hati ya, Bu!”
Ibu tersebut bergegas pergi setelah saya memeriksa isi tas. Saya sampai lupa menanyakan namanya karena merasa deg-degan.