Sejak anak pertama, saya sudah ekstra berjaga setiap kali anak-anak demam. Riwayat kejang yang saya miliki, berpotensi diwariskan. Rasa kantuk pasti saya lawan sekeras mungkin agar tidak kecolongan kalau (amit-amit) tiba-tiba kejang. Tidak menyangka anak kedua saya mengalami kejang sekitar satu bulan yang lalu karena suhu tubuhnya terlalu tinggi, mencapai 40 derajat Celcius. Tidak turun meski sudah diminumkan paracetamol.
Badan anak saya mulai hangat sejak sore. Hangat, bukan yang demam tinggi. Untuk berjaga, saya beri Tempra dan suhunya sempat turun. Saya pun masih mengecek mengandalkan naluri tangan (walau ini tidak disarankan, ya) karena memang anaknya juga masih aktif bermain. Malah loncat-loncatan hingga sebelum tidur.
Tapi setelah tidur, mendadak suhu tubuhnya makin naik dan terus tinggi. Mencapai 39 derajat Celcius. Sempat saya beri paracetamol lagi sekitar jam 2 malam. Hingga akhirnya kejang pertama kira-kira jam setengah 3.
Sebelumnya saya juga berusaha mengompres dengan air biasa. Tapi tidak membantu sama sekali. Suhu tubuhnya tetap tinggi dan terlihat begitu sakit. Demam kali ini menjadi pemicu kejang pertamanya.