Sejak kecil saya memang sudah tertarik dengan fenomena kirim-berkirim surat. Saya pernah sengaja mengirim surat ke nenek (yang sebenarnya hanya berjarak -+ 10 km dari rumah karena kami ada di kota yang sama), hanya karena ingin mencoba mengirim surat.
Saya juga dulu punya sahabat pena yang alamatnya didapat dari majalah Bobo. Tapi belum pernah mengirim kartu pos, karena dulu kartu pos umumnya digunakan untuk mengirim kuis ke radio atau televisi.
Ayo generasi mana nih yang pasti ikrib dengan hal ini….
Dengan komunikasi yang sudah jauh lebih mudah di masa kini, masyarakat nggak lagi menggunakan surat dan kartu pos untuk berkomunikasi. Surat dan kartu pos sekarang menjadi hobi khusus, yang memang dilakukan karena suka, bukan karena kebutuhan.
Nah, postcrossing ini adalah salah satu turunan hobi yang berkaitan dengan kirim-berkirim surat serta kartu pos. Ide utamanya adalah kita mengirimkan kartu pos pada seseorang, lalu kita akan mendapatkan kartu pos dari orang lain.
Secara global, aktivitas ini terekam dalam situs https://www.postcrossing.com/.
Gelaran postcrossing yang digelar oleh Lia dan mas Rivai ini, adalah postcrossing versi lokal. Dalam hal ini berbeda karena ada faktor “kewajiban” bagi pendaftarnya. Kami didata oleh panitia (dalam hal ini Lia dan mas Rivai), lalu dipersilakan mengirim ke semua alamat peserta.
Nah, bagaimana proses yang dilakukan? Seru lho ternyata, meskipun kita sudah saling tahu akan berkirim kartu pos. Karena kita tidak tahu kapan kartunya datang.